Suatu
saat, ketika saya sedang duduk di perpustakaan, secara tidak sengaja saya
menemukan sebuah buku menarik tentang generasi- generasi berprestasi. Saya
sangat tertarik karena ternyata dibalik informasi yang saya dengar tentang
amburadulnya sistem pendidikan di Indonesia ternyata masih sangat banyak
pelajar-pelajar Indonesia yang berprestasi. Berawal dari sinilah, saya memahami
bahwa untuk menjadi berprestasi yang terpenting kita lakukan bukan hanya
mengandalkan sistem pendidikan yang menjadikan standar pendidikan nasional.
Prestasi itu hasil kerja keras, kerja ikhlas, dan kerja cerdas.
Berawal dari konsep dasar ini dengan pemahaman yang benar maka menjadi seorang
pelajar yang berprestasi bukan lagi menjadi barang langka. Permasalahannya
adalah sedikit sekali yang memahami konsep ini. Sebagian bahkan hanya memahami
perlu kerja keras luar biasa, tanpa paham bahwa strategi-strategi belajar
itu salah satu komponen mencapai prestasi puncak. Sebagai generasi
bangsa, saya sangat mengagumi mereka yang bekerja keras , dan
menginspirasikan saya agar terus lebih baik dari waktu ke waktu.
Beberapa hal penting agar kita menjadi pribadi yang berprestasi antara lain:
Meningkatkan sikap
nasionalisme
Ketika rasa atau sikap nasionalisme
ada pada kita. Maka, secara otomatis daya semangat kita akan meningkat, karena
sikap nasionalisme itu akan mempengaruhi kita untuk bisa
membanggakan negara tercinta
Peduli
Dengan pedulinya kita terhadap
sesama, kita telah menyalurkan tangan dan memberikan bantuan di sekitar
kita terhadap sesama. Hal ini yang memacu kita untuk berprestasi.
Aksi
Aksi nyata sangat diperlukan, jangan
sampai perkataan semata, langkah kecil yang dilakukan tiap hari akan menjadi
langkah besar di kemudian hari karena tanpa kita sadari kita sudah jauh
melangkah.
kreatif
Orang yang kreatif adalah orang yang
senantiasa memiliki daya cipta terhadap segala sesuatu. Orang kreatif selalu
bisa bertahan di segala macam kondisi. Kita mau menjadi orang yang biasa saja
atau orang yang luar biasa tergantung dari pilihan kita sendiri
Memperluas wawasan
Semakin banyak ilmu yang kita terima, baik dari membaca, melihat dan mendengar
akan menjadi wawasan yang akan menambah khazanah pemikiran kita.
Berdoa
Ini yang tidak kalah pentingnya,
untuk mencapai kesuksesan kita membutuhkan senjata ampuh yang lebih dari otot
baja ,saya masih ingat perkataan dari senior saya ketika kultum “berusaha tanpa
berdoa itu sombong dan doa tampa berusaha itu bohong “
Meraih prestasi
bukanlah hal yang mudah dan bisa dianggap sepele. Proses pencapaian
prestasi seseorang memang tidak selalu berjalan mulus, pasti akan banyak
rintangan yang mencobanya. Sebagai contoh, penemu lampu, Edison bahkan telah
menuai 999 kali kegagalan. Sebelum dia berhasil menemukan lampu, yang
kini dapat kita jumpai dimana saja dan menjadi sosok panutan bagi setiap
orang. Negara kita pun mempunyai tokoh yang mengagumkan, contoh yang paling
melegenda adalah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf
Habibie atau dikenal sebagai “BJ habibie”, kehebatannya telah diakui
di dalam dan di luar negeri. Gelar Doctor Ingenieur-nya diterima dengan
predikat Suma Cum Laude, membuat Pesawat, Jabatan
di MBB, menemukan teori Habibie dan juga menjadi Bapak
Teknologi Indonesia. Bayangkan saja begitu banyak prestasi yang telah
beliau hasilkan.
Lalu, bagaimana dengan
kita? Bukan saja Pak Habibie yang menorehkan prestasi gemilang,
para generasi kini, sedikit demi sedikit telah melakukan perubahan, dilihat
dari segi akademis kita dapat menjumpai Atika Almira dan Lailah Muhibah yang
secara resmi disebut ” The 1st Wizard of Mathematichs
International Competition (WIZMIC) yang pada saat itu berumur 14
tahun. Kemudian Jonathan Pradana Mailoa yang berhasil meraih mendali emas dan
mendapat gelar “The Absolute Winner, The Best ASEAN Student, serta The
Best Exsperiment Result dan berhasil mencatan sejarah
baru. Dilihat dari segi penelitian dan ilmuwan muda bisa kita lihat Amalia Dwi
Ariska, Astri Bestari dengan Indra Surya dan Stephanus George Saa yang mendapat
julukan “mutiara hitam” dari Papua karena telah memenangkan kompetinsi “First Step
to Nobe Prise in Physics “ 2004 dan menyisih ratusan peserta dari
73 negara.
Di segi multibakat kita temui Gita
Gutawa, dan Maria Audrey Lukito, Maria yang mempunyai prestasi yang luar biasa
yang di usia 2 tahun sudah lancar membaca dan tercatat dalam museum rekor MURI
menjadi anak termuda lulus toefl dengan skor 575 yaitu pada usia 10
tahun,dan mendapatkan julukan “girl dictionary”, dan juga
menyelesaikan S1 di usia 13 tahun dan juga tercatat sebagai S1 termuda yang di
usia 16 tahun dengan predikat “Summa Cum Laude”, dan juga sebagai
peserta termuda yang mengikuti Summer goursers bahasa Rusia
dan berhasil memenangkannya .
Dibagian non Akademis dapat kita
temui Farid Firmansyah yang menjuarai catur pelajar dunia “ World
school chess championships” di usia 15 tahun kemudian Felda Elvira
Santosa juara wushu tingkat Asia 2007, dan kita juga dapat temui Irvan Museng
yang pada usia 14 tahun menjadi pencetak gol terbanyak pada piala dunia Danone
U-13, tahun 2005 dan juga menjadi anak Asia pertama yang bermain di klub junior
aja x Amsterdam dan berhasil menyisihkan 3000 anak di seluruh dunia. Dan
masih banyak lagi prestasi anak bangsa yang membanggakan negara ibu pertiwi.
Bukan saja Pak Habibie,
Atika Almira, Lailah Muhibah, Jonathan Pradana Mailoa, yang
mengukir begitu banyak prestasi. Setiap pribadi punya kesempatan untuk mencapai
puncak prestasi .Kesempatan selalu datang bagi mereka yang bisa memanfaatkan
peluang mereka yang mau bekerja keras, kerja cerdas dan kerja
ikhlas. Sehingga dapat menjadi generasi berprestasi sebagai harapan bangsa
.
seperti baru-baru
ini 3 hari yg lalu , 2 siswa berkependudukan SUMSEL ini yaitu
muhtaza Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma, meraih dua penghargaan di Intel
International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2014 di Los Angeles,
Amerika Serikat, pada 11-16 Mei 2014. Mereka melakukan penelitian dan pengembangan
kulkas tanpa listrik dan tanpa freon.
nah tunggu apalagi sekarang giliran
kita kamu mengukir prestasi sampai keluar negeri
No comments:
Post a Comment