Anak adalah salah satu titipan dalam bentuk anugrah. Hal ini merupakan sebuah tanggung jawab yang diidamkan oleh setiap pasangan. Namun kendati demikian, masih banyak orang yg kurang sadar atau belum bisa bertindak selayaknya pengasuh yang baik untuk anaknya. Ya, Hal demikian memang sering kita jumpain disekitaran kita, banyaknya kesalahan karena faktor yang menganggap remeh, hingga kurang peka membuat anak berlawanan hingga menyimpang dari kodratnya si anak sebagai harapan si orang tua.
Oleh karena itu. tidak terhenti kepada si anak, sebagai orang tua pun kita perlu merombak diri, dan melakukan intropeksi terhadap hal-hal yang kita sepelekan, yang ternyata mempengaruhi metode dalam mendidik anak. Hal ini lah membuat saya menulis artikel yang berjudul metoda yang salah dalam mendidik anak, yang saya ringkas dari sebuah buku yang berjudul sama. Hal ini diharapkan bisa membuka pikiran orang tua, dan insyAllah untuk calon orang tua juga kelak.
memaksakan kewajiban tanpa memberikan pemahaman
Ketika kondisi mendesak, umumnya orang tua sering memberikan perintah kepada anaknya tanpa penjelasan, dan hal ini tentu memberi tanda tanya kepada si anak, maka jangan heran jikalau perbuatan yang dikerjakan secara ikhlas atau setengah - setengah, hal inilah alasan kenapa perlu membuat pemahaman kepada si anak agar si anak tidak menolak atau melakukan dengan hati jengkel.
Berlebihan dalam berjanji
Sering nya kita melihat kondisi dimana orang tua memotivasi anaknya dengan imbalan hadiah menarik, memang tidak terlarang tapi faktanya terkadang orang tua bahkan berjanji berlebihan kepada si anak semisal pada kondisi hal tersebut dalam kewajibannya, para pendidik muslim telah mengakui jikalau pemberian ibarat terhadap sesuatu kewajiban tidak dibenarkan karena menjadi suap (Risywah). Bila sejak belia ia telah terbentuk dengan mentalitas seperti itu maka pengalaman itu akan mempengaruhi segala sikap dalam kehidupan nya di masa mendatang. Bahkan anak yang keluarganya dibiasakan dengan janji yang berlebihan dengan suap" akan menjadikan setiao perbuatannya sebagai senjata untuk melakukan tekanan dan ancaman krpada orang tua agar mendapat imbalan
Tidak memberikan hukuman langsung terhadap segala perbuatan positif anak
Ibnu maskawaih dalam Tahzibul-akhlaq mengatakan " anak hendak diberikan pujian dan di hargai saat menampilkan akhlak mulia dan melakukan pekerjaan y baik. Sayangnya sebagian orang tua justru menghukum anak secara tidak langsung terhadap sikap positif nya, bukannya mendukung atau menghargainya melalui pujian yang seharusnya.
Memberikan isyarat negatif
Pernah saya membaca meme " jika kamu tidak mau sekolah maka kamu akan berakhir layaknya lelaki tersebut ( sembari menunjuk ke arah pengemis) disegi lain diberi perbandingan dengan ibu yang lain " jikau engkau mau belajar maka engkau akan lebih baik dari lelaki itu ( sambil menunjuk ke lelaki yang sama) . Faktanya ketakutan hingga sikap yg dialami oleh anak dilahirkan oleh sikap hingga perbuatan orang tua . Oleh karena itu segala bentuk yg negatif harus dihilangkan
Membandingkan anak
Perbandingan anak dengan anak lain adalah salah satu bentuk yang paling cepat dalam menghancurkan konsep diri anak dan memberikan kesan negatif pada anak. Karena hal tersebut merupakan pelecehan terhadap kemampuan anak dan dapat menyakiti perasaan anak karena dilakukan dengan tujuan menekan anak sendiri agar meniru perilaku anak lain atau tetangga yang melebihi kemampuan nya. Hal itu juga dapat membuat anak patah semangat dan mungkin akan kehilangan semangat hingga mengecilkan diri.
Diskriminasi terhadap anak
Terkadang tanpa sadar perlakuan seorang orang tua terlihat berbeda kepada setiap anaknya, hal ini ternyata mampu membuat kecemburuan sosial dalam keluarga, seorang anak yang mendapat perlakuan seperti ini maka secara langsung akan menimbulkan rssa iri hingga kesal kepada saudara yang diistimewakan. Maka hal tersebut berdampak ketidak harmonisan dalam kluarga antara anak dengan anak.
Anak tidak dilibatkan dalam membuat aturan
Adalah merupakan kesalahan yang besar ketika orang tua menerapkan aturan tanpa melibatkan anaknya. Bila ia terlibat dalam membuat aturan main, maka umumnya ia akan menghormati dan berusaha untuk mematuhinya. Hal ini karena ia merasa terikat dengan persetujuan atas apa yang iya usul hingga musyawarahkan. Sehingga secara langsung kita mengajarkan tanggung jawab juga kepada si anak.
No comments:
Post a Comment