Thursday, 21 December 2017

Menjemput Khalifah di Era modern?


             Islam pernah mengalami masa keemasan yang berada pada masa khilafah, lantas perlukah mengulang sejarah lagi ?  dan menjemput khalifah ke era modern yaitu era yang sedang kita jalani kini.
            Khalifah pernah berjaya dimuka bumi ini,  yang mana  berawal dari masa pemerintahan Abu bakar hingga berlanjut kekhalifah terarkhir Ali. Mereka tersebut yang dikatakan sebagai  Khilafah an-Nubuwwah yaitu Khilafah yang berjalan diatas thariqah kenabian. Sehingga, genaplah apa yang disabdakan Rasulullah bahwa Khilafah Nubuwwah adalah 30 tahun, dan 30 tahun itu adalah masa Khalifah dari  Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khaththab, Khalifah Utsaman bin ‘Affan, Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib serta masa Khalifah Hasan bin ‘Ali.  “Al-Khilafah an-Nubuwwah yang ada pada umatku adalah 30 tahun kemudian setelahnya masa kerajaan”Al-Imam al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalaniy didalam kitab yang sudah masyhur yaitu Fathul Bariy syarah Shahih Bukhari (14/479), jadi “berdasarkan hadits (al-Khilafah ba’diy tsalatsuna sanah), sesungguhnya yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah Khilafah Nubuwwah (Khilafah yang berjalan diatas metode kenabian), adapun Mu’awiyah serta penguasa-penguasa setelahnya yang jumlah mereka sangat banyak berjalan diatas thariqah (tabi’at) al-muluk (raja-raja) walaupun semuanya dinamakan sebagai Khalifah. Wallahu a’lam.“

            Setelah itu (Khilafah an-Nubuwwah) kepimpinan mulai terbentuk lebih kacau, hal ini bisa dilihat dari cara pemindahan kekuasaan dengan cara yang curang. Yaitu kelicikan muawiyah yang bermain politik pada saat perang, padahal kondisinya sudah kalah, dan berakhir dengan meletakkan Al quran diatas tombak dan mengembalikan permasalahan sessuai dengan Al quran dan hadis. Ia melakukan kecurangan dalam mendapatkan posisinya, maka tak heran selanjutnya kepemimpinannya bersifat turun temurun kepada keluarganya dan menghilangkan sistem suara layaknya pemilihan pada periode Khalifah Abu bakar hingga Ali.

            Kendati demikian, sistem khalifah telah sampaikan oleh nabi sebelum beliau wafat yaitu sabda beliau pada suatu kondisi “ Dulu bani Israil diurus dan dijaga oleh para Nabi  setiap seorang Nabi meninggal maka akan digantikan oleh Nabi yang lain, dan sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, yang akan ada adalah Khulafa’ (para Khalifah) dan jumlah mereka banyak, para sahabat bertanya, “lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami ya Rasulullah ? Nabi bersabda, “penuhilah bai’at yang pertama, dan yang pertama, berikanlah kepada mereka yang menjadi hak mereka, maka sungguh Allah akan mempertanyakan kepada mereka atas apa yang mereka diminta untuk mengurusinya” [Hadits Riwayat Imam Muslim]

            Dan kondisi lain, sistem dimasa khilafah lah kejayaan islam datang, kita bisa melihat bagaimana keberhasilan pada saat Dinasti Muawiyah berkuasa, kita bisa melihat  ketika Umar bin Abdul Aziz dibai’at menjadi Khalifah. Perubahan besar-besar dilakukan oleh beliau, Masa gemilang Islam dan penuh kemakmuran walaupun tidak lama. Pada masa ini, tidak ada kemiskinan di negara Islam, tiada orang yang layak menerima zakat karena semuanya makmur. Dana dari zakat digunakan untuk membebaskan budak-budak di Eropa. Berlanjut dengan Dinasti Abbasiyah yaitu dimana masa kegemilangan islam, ilmu pengetahuan dikuasain muslim, banyaknya ilmu ilmuwan karena para khalifah berhasil memberikan penghargaan yang tinggi dan setimpal, ilmu pengetahuan sangat dijunjung tinggi, bahkan atas setiap buku yang ditulis oleh para penulis akan dibayar emas seberat buku tersebut. Dimasa inilah Al khawarizmi, dan ibnu jabar dilahirkan. Kepada masa ini juga penaklukan ke dunia eropa begitu banyak seperti Romawi, hingga Perancis. Kita juga tidak akan lupa bagaimana Sultan Salahuddin al-Ayyubi berhasil membebaskan yarusalem hingga budi luhurnya mengapuni mereka. Hingga bagaimana Al fatih atau muhammad II membebaskan istanbul dari romawi kuno.
            Betapa khilafah adalah masa kejayaan muslim. Dimasa inilah islam pernah mengusain dunia. Lantas, bagaiman kondisi sekarang? Terutama diindonesia, haruskah kita mengulang sejarah dan menjemput Salahuddin al ayubi lagi?  Tentu Hal ini menjadi suatu tanda tanya, terutama kondisi indonesia yang bukan negara muslim tapi negara dengan populasi muslim terbesar didunia. Maka timbul tanda tanya kepada penulis, melihat kondisi konfilk yang tak berkesudahan. Apakah Khilafah harus dihidupkan atau sebaliknya harus ditiadakan? Melihat kasus pembubaran Ormas HTI yang dianggap berlawanan dengan Pancasila, maka bisa disimpulkan jikalau Khilafah itu suatu ancaman terhadap banyak orang, begitulah pemikiran mereka, Tapi pertanyaannya adakah sejarah masa khilafah yang mendeskripsikan non muslim? Atau mungkin mereka lupa bagaimana Al fatih memberikan kebebasan beragama kepada mereka setelah menaklukan Romawi.

            Sekali lagi akan lahir pro dan kontra yang bervariasi, dengan alasan yang cukup menarik untuk ditelaah. Semisalnya indonesia akan menjadi negara khilafah apakah sudah siap? Tentu saja tidak, kondisi indonesia tidaklah memadai untuk menjadi negara khilafah, bahkan tingkat Aceh yang ingin mencoba melaksanakan syariat islam saja banyak pertentangan dan pemikiran liberal muncul seperti melanggar Ham tidak berperi kemanusiaan dan sejenisnya. Lantas bagaimana bisa menjadi khilfah untuk indonesia? Sedangkan satu provinsi saja timbul banyak polemik.

            Indonesia sendiri mempunyai ideologi pancasila yang bermakna hidup berdemokrasi karena faktor keragaman yang cukup banyak, maka jika menjadi negara islam, tentu agar lahir konflik baru karena perbedaan agama yang ingin diprioritaskan juga. Dan tentu saja keinginan khalifah bukanlah cara jitu untuk menjadikan dan mendobrak kejayaan islam diindosnesia. Karena faktanya meorasikan khilafah belum tentu bisa membuat islam maju saat ini. Kasus Arab saudi  sebagai kerajaan tentu menjadi suatu contoh, dimana keberhasilah Arab belum semampu mendobrak keemasan layaknya era dulu. Lantas Arab yang sudah melaksanakan syariat yang kompleks belum siap mengembalikan kejayaan islam bagaimana dengan indonesia, yang mempunyai sejuta persoalannya?

            Persoalan Khilfah memang menjadi “PR” Untuk kita semua tapi bukan berarti melakukan tindakan ceroboh yang bahkan bisa memperburuk kondisi Islam saat ini, kita perjaca bahwa kelak akan datang “Salahuddin Al ayyubi” selanjutnya yang akan merebut Yarusalem lagi dan akan membebaskan bumi palestina dari tentara israel. Hal tersebut telah tertera didalam Al quran lantas kenapa timbul kegaduhan semetara Allah menunggu Ratapan Doa atas persoalan kita?  Kenapa harus pesimis sedangkan janji Allah atas “Pengulangan Sejarah” telah diulang berulang kali. Dan kenapa harus pasrah sedangkan kemenangan sudah berada antara sajadah dan kening?

             

No comments:

Post a Comment