Asin, asam, pahit, rame rasanya...
Itulah mukaddimah yang cukup pantas untuk mengawali post today.
Itulah mukaddimah yang cukup pantas untuk mengawali post today.
Hari
ini saya ingin menulis tentang perjalanan saya menuju Tebing Lamreh yang
ternyata cukup menguras tenaga, hingga kesabaran. Karena selain lokasi yang
cukup jauh juga fakta lainya yaitu faktor jalan yang terjal dan rusak total,
serius anggaplah ini kekecewaan saya dalam perjalanan hari ini, ya juga
sekaligus curhat sih yoyoyo.
Tebing lamreh adalah salah satu
tempat wisata yang baru ditemukan, katakanlah demikian . karena usianya tidak
sampai 10 tahun, saya pertama kali mendengarnya dari teman saya kala SMA dan
itu masa blomiingnya, sedangkan sekarang saya sudah kuliah dan seharusnya udah
semeter 5 (Seharusnya -_-) jadinya anda bisa memprediksikan berapa baru tempat
wisata ini.
Dibalik keindahan yang tersembunyi,
perjalanan menuju kesana juga mengorbankan banyak hal, mulai dari fisik, hingga
batin. Kenapa saya katakan demikian, karena saya mengalaminya hari ini. Dan
saya merasa ini hari yang buruk hingga memprihatinkan untuk saya. Sehingga
memaksa saya untuk berkata “ini pertama dan terakhir ya.”
Baiklah
perjalanan kami kesana mengabiskan waktu kurang lebih dua jam, hal ini juga faktor daerah tempat
tinggal saya yang berada cukup jauh dari perkotaan sehingga untuk kekota saja
mengabiskan waktu 45 menit hingga satu jam. Mulanya dalam perjalanan menuju
kesana faktor cuaca sangat mendukung tidak terik atau mendung sangat. Hal
tersebut disebabkan saya berangkat jam 12 gitu, makan siang hingga shalat dalam
perjalanan karena faktor tempat yang jauh sehingga pergi cepat biar awal
pulang, tapi sebenarnya itu telat juga sih. Maklumin -_- . Lalu cerita Sedih
dihari minggunya dimana??. Nah begini ceritanya kenapa saya sampai katakan ini
pertama dan terakhir saya kesana.
Memang apes sedang menjadi teman
perjalanan saya kali ini, banyak kali kesialan eh kekesalan maksutnya, (hush gk
boleh bilang sial) yang menimpa saya hari ini, didalam perjalanan yang cukup
jauh tiba tiba udara yang bersahabat berubah seakan memusihi saya, rintik air hujan membasahi kaca Helm saya, sadar
tiba tiba Hujan akhirnya kami berhenti lebih cepat untuk salat. Sebenarnya kami
bawa mantel cuma karen hujanya gk reda jadi mending nunggu reda, karena males
buka lepas kesana. Hingga hujanya reda, akhirnya kami melanjutkan perjalanan ,
dan yups saya baru tahu jika Lamreh tetangga pasir putih rupanya. Weeee. Dan
kejengkelan pun mulai bermunculan, yaps pertama sampai didepan pintu masuk
tebing lamreh sudah ada beberapa orang yang berdiri disamping itu, mulanya kami
masih terlihat ramah, tapi ketika harga masuk katanya satu kereta 20 langsung
tensi kakak saya muncul, “Abang kirain
saya orang baru ya, saya sudah pernah kesini ya, kemarin 5 ribu kenapa jadi
membludak 20k ??” lelaki itu terlihat takut ketika kakak saya mulai “berintonasi”
suaranya mulai mengecil, memang 20 kok perorang. Karena merasa ditipu kakak
saya pun ngotot tidak mau, dia lebih memilih ngadu “argumen“ bukan masalah
uangnya sh, Cuma kita ditipu dengna kondisi asli sudah tahu jadi kesel lah. Well
terakhir setelah lama berkomat-kamit akhirnya dikasih 10 itupun harus kami
ngatai “Awas bang kalau bohong dosa ya,” untung gak disuruh sumpah. Itu kesel
pertama, Next lanjut tahap kedua daal perjalanan menuju ketebing ternyata jalan
nya tak seindah hayalan saya, well saya pernah mengenyebrangi 10 sungai seorang
diri, terjalkan curam, tapi ini beda. Selain terjalkan yg cukup mengerikan,
batu gunung tersebut terlalu besar dan tajam, mungkin bisa saya sampai kesana,
tapi ditengah perjalanan bau gosong kereta saya. Dalam keadaan ketakutan dan
kelelahan saya langusng mematikan kereta dan mencari asal muasal bau tersebut
tapi saya tidak paham akhirnya karena takut dengan dampak yang lebih buruk,
kereta yang susah sangat saya naikan harus saya turunkan dengan paksa, bedanya
ketika naik sebelah kanan dan turun sebelah kiri. ketika menurunkan kami mendorong takut meledak atau sejenisnya karena bau
gosong (Efek nonton film action), tapi sial belum berakhir hadeuh maksutnya
apes, dalam perjalanan turun lebih sulit terutama karena arah kiri kiri tidak berbatu krikil layaknya arah kanan ketika kami naik melainkan pasir kasar bahkan
direm juga bisa kepeleset. Mulanya ada
yang menawarin bantu, tapi merasa masih bisa abaikan, lah sekarang mulai nunggu
orang lain untuk minta bantu. Sungguh capek jalan kaki nurunin bukit dan naikin
bukit sambil dorong kereta. Serius ini kejadian bikin kapok main kesana. Belum
lagi kepikiran kereta yang bau gosong entah dimana perbaikan ditengah rimba
kalau gak bisa hidup lagi.
Setelah mendorong sejenak kami
kembali kedekat pintu masuk yang kebetulan ada satu warung, duduk sejenak
sambil mengamati kereta yang masih berbau karet dibakar kami akhirnya melepas
lelah ditempat tersebut berharap nanti bau nya akan hilang , hingga jam menunjukan jam 3, akhirnya kami mendapat
info jikalau perjalanan yang kami tempuh jalan kaki melalui rute kereta tadi akan
memakan waktu stengah jam atau lebih, karena bukit dan belokan yang maha banyak, dan ia
memberikan jalan potong Cuma lompat pagar dan lebih ekstrim lagi, tapi karena
ingin mencari singkat akhirnya kami trima tantangan tersebut, yaelah. Dan memang
mulanya cukup berjalan mulus, tapi hampir hampir saja tersesat persoalan selain
membukit antara pembatas dari bukit satu dengan bukit lain sangat tinggi
jadinya kami harus memutar lagi untuk mencari pintunya, ya, setelah mendengar
suara orang kami pun menemukan tempatnya, persoalan muncul, gk ada satupun
cewek disitu kecuali diatas tebing yang terlihat berpasangan sedangkan tebing
jarak tembuh 150 keatas (belum termasuk naik keatas tebing melalui bukit yang
menjulang.) sebernanya kami terlihat santai kala itu, tapi ketika diatas bukit
seorang bapak datang menanyai kami imbarat imigran lewat karena kami datang
bukan dari jalan yang seharusnya, ok setelah dijelaskan ia paham, tapi sejujurnya
saya agak ngeh dengan sikap beliau nyebut diri Abang, padahal muka udah mau
punya cucu, terust nawarin antar kami ke tebing sana pakek kereta nya, jelas
udah mulai kagak ini kakek, kami Cuma bilang kalo perlu kami panggil karena
tugas bapak tu dipintu masuk tebing, ngapain nyasar kesini coba. Akhirnya kami
melanjutkan perjalanan serius capek banget, terakhir hikking waktu SMA deh.
Sesampai ditebing pemandangan memang cukup cantik, terubung karang terlihat jelas padahal jarak atas kebawah lebih dari 5 m ketinggian. Warna air laut yang hijau berkolaborasi dengan biru dalam indahnya laut, belum lagi pasirnya seberang yang cukup menambah mewah tempat ini . Tiba tiba keingat Sabang, yoyo simplenya ini sabang jarak dekat lah untuk saya. Kamipun mengambil gambar dan beberapa photo dengan gantungan kesayangan saya, sebelum kakek tersebut muncul lagi, gak tahu merasa dibuntuti dia nawarin kesebelah sana udah pergi, disana bagus juga, karena merasa kesal dan juga takut pasti, walaupun udah banyak wanita ditempat kami berada, akhirnya kami pilih pergi untuk pulang, dan ternyata dia manggil nanya pualang terus ?, ya budeg terus kami karena udah kesal. Tapi karena ada dia kami memilih pulang lewat jalan normal kalo lewat hutan yang singkat tadi terlihat lebih ekstrim karena itu jalan tak berpenghuni sedangkan jalan yang normal, ya jalan terjal yang busuk tadi cuma jauhnya stengah jam lebih kalo tempuh jalan kaki. tapi orang elwat banyak karena jalan sah ke rute tebingnya. Dan betul melelahkan, saya sampai tersesat mulanya walau pun jalan sah, dan cukup, penyesalan selalu datang diakhir ingin kembali lewat jalan ekstrim juga tidak mungkin tapi ini jalan terlalu terjal, sepatu saya sampai mulai koyak, karena kasarnya batu gunung kecik kecik itu, jalanan dilewati oleh beberapa kereta yang terkadang bikin ngedumel, bisa dibayangkan ketika orang klakson dengan mobil sambil berkata jalan kaki ya, uh ingin berkata kasar. Atau ketika ada orang yang sejenis youtuber emperan, berkata dalam laju sepmor nya, “guys ternyata kita jumpat cewek yang cukup tangguh lho untuk jalan kaki ketebing.” Well well well kuanggap sebuah penghargaan masuk kamera elu tong -_- . kala kami melanjutkan perjalanan kaki, air kami mulai menipis hingga memaksa kami beristirahat sejenak, dan juga menikmati rambutan yang saya bawa dari rumah, huuuh. Saya melihat beberapa kambing yang merumput tak jauh dari lokasi kami, dia melihat kami, seakan sedang mentertawakan kami, entah karena faktor saya lagi kesal. Atau dia ingin rambutan yang saya makan juga. Huhu. Perjalanan kami lanjutkan hingga kami berada di tanjakan yang paling mengerikan, kami melihat satu kereta dengan wanita yang mengendaraiknya, mereka memaksa laju dengan kecepatan sedang, dan memang saya akui keretanya cukup tangguh, tidak keluar asap layaknya kereta saya, padahal sama matic juga -_-. Lah kalo bawa kereta saya juga bisa masalahnya kereta saya sedang “koma” saat ini. Lantas berlanjut dengan sepasang muda mudi yang datang dengan matik juga, bedanya mereka dengan lancar naik, tidak ada hambatan, sedikitpun. Jadi iri deh -_- bukan pasangan nya keretanya yang gk bermasalah. -_-
Perjalanan kami menemui titik akhir
kedai ala kadar tempat kami meletakkan kereta terlihat, tiba tiba dari kejauhan
terlihat beberapa kereta dengan wanita semua, mereka belum lihat jalan terjal
saja sudah mendorong gak kebayang kalo jalan yang membuat kereta saya rusak
untuk mereka lewati. Ingin ketawa Cuma karena kelelahan lupakan, dan akhirnya
mereka memilih jalan kaki, saya hanya senyum dalam imajinasi saya mereka akan
mundur ditengah jalan. Dan sesampai disana memang cukup untuk kami
beristirahat, tapi tiba tiba ketika saya mengambil sisa rambutan saya baru
ingat, “GANTUNGA SAYA KEMANA??!!” cukup membuat saya panik, saya mencari
mengobrak abrik isi tas tapi tidak menemukan, yang ada hanya kacamata pada yang
secara tak sengaja saya duduki sial bertambah!. Tapi kekhawatiran terhadap
gantungan lebih ketimbang kacamata. Saya mengingat ulang dimana terakhir
memegangnya, ingin kembali tapi kakak saya tidak mau karena jauh sekali dengan
jarak tempuh yang rusak. Seadainya dekat jatuhnya saya ingin kembali sendiri
tapi tidak ada bukti dimana terakhir saya memegangnya, takutnya waktu photo ditebing
sana saya meninggalkannya. Huaa padahal kesayangan saya, suka banget dari semua
gantungan itu yang selalu menemani perjalanan saya. Belum berakhir tiba tiba
kereta saya masih bau angus ketika saya pulang, cukup sakit hati duka belum
hilang timbul lagi kekhawatiran akan mongok ditengah jalan. Serius hari ini
segala persolan muncul hingga membuat perjalanan ini sebagai perjalanan
terpahit!! seandainya tempatnya tak bagus. Sesampai dirumah saya baru menyadari kalau bros saya rusak juga. ok ini pertama dan terakhir ya.
Mba jalannya jauh banget ya? Aku liat tebing gitu aja pasti jalan yang dilalui kaya mendaki gunung melewati lembah. Tapi pemandangannya bagus banget mba .. Coba di dukung dengan jalannya yang bagus dan mudah.
ReplyDeleteSemoga benda mba yang hilang diganti dengan yang lebih baik yaa aamiin
Iya faktor jln yg bikin kesal; tapi memang alamnya mampu meredupkan kekecewaaan saya.
DeleteAamiin semoga diganti dg yg lbh baik sama yg sama jg boleh masi berharap bkm nisa move on 😂😅😭😷
hahaha... "beliau nyebut diri Abang, padahal muka udah mau punya cucu". cerita nya keren... menghibur kak. lanjutkan expedisimu, lana tunggu cerita barunya di blog. hehe
ReplyDeleteNunggu aja ? gk mau gabung :v
Delete