Thursday, 19 April 2018

Mengenal Sosok Perempuan Penggerak lingkungan Dari Barat Indonesia

Berawal dari Ambisi Hingga menginspirasi. Kalimat tersebut cukup mewakili karakter dari wanita ini. Sebut saja namanya Rubama. Wanita kelahiran 17 Agustus 1985 ini telah menjadi inspirasi untuk khalayak ramai. Hal ini dikarenakan, keberhasilannya dalam mengubah perspektif dan kebiasaan masyarakat, untuk membangun desanya menjadi sebuah desa wisata yang sejahtera. Bahkan, karena ambisi yang luar biasa. Desa ini mendapat banyak sekali penghargaan. Salah satunya ialah penghargaan  sebagai desa Mandiri versi Media Indonesia.  

Berawal Pasca Tsunami

            Tsunami 2004 cukup menghancurkan segalanya. Trauma  berkepanjangan, hingga korban yang tak  terkira cukup menyita mata dunia. Tak sedikit terluka fisik, dan tak kalah banding yang terluka psikis. Kala itu rumah rata dipukul air, yang mana meninggalkan bekas yang cukup banyak. Anak menjadi yatim, istri menjadi janda bahkan tak sedikitpun yang yang hilang tanpa kabar hingga kini, entah masih hidup atau meninggal tanpa sempat ditemukan lagi. Saat itu hari yang cukup duka, yang mana menghasilkan korban yang tak terduga. Betapa nyawa layaknya buih hilang begitu saja.  

            Hal ini juga dialami oleh masyarakat Gampong Nusa, sebuah desa yang berada di Lhoknga, dengan posisi cukup dekat dengan lautan. Gampong Nusa ini menjadi salah satu dari sekian desa yang mendapat “Amukan Alam”. Mereka harus bertahan di tempat pengungsian karena memang Gampong Nusa hanya menyisakan sisa-sisa sampah dari tsunami yang maha dahsyat kala itu.

         Faktor musibah tentunya banyak bantuan datang ke Aceh, salah satunya ialah NGO asing, yang melaksanakan bantuan dalam bentuk kerja berbayar. Adapun kerja berbayar tersebut merupakan kegiatan bergotong royong membersihkan tempat tinggal mereka sendiri yang mana dibayar oleh pihak NGO, bahkan untuk mengikuti rapat mereka juga mendapat uang transportasi. Hal inilah yang melatar belakangi kepekaan sosial dan lingkungan masyarakat Gampong Nusa setelah tsunami. Sekalipun itu tempat tinggal mereka sendiri.

          Semakin lama kondisi semakin buruk, terutama kita pihak NGO berhenti dari program dan kembali ke asal. Masyarakat yang sudah dimanja dengan program cash for pay akhirnya kurang peka akan kepentingan bersama, bahkan sekalipun tempat yang di maksud adalah tempat tinggal mereka tapi karena faktor program yang memanjakan tersebut keinginan akan tanggung jawab sendiri mulai memudar secara perlahan.

            Hal inilah yang dirasakan oleh Rubama, kesadaran yang mulai memudar membuat ia mencoba mencari inisiatif, untuk menghilangkan penyakit sosial tersebut. Ia sadar masih banyak "PR" yang harus diselesaikan dalam lingkungannya, persoalan ekonomi yang hilang, ekosistem masih yang cukup rusak, hingga kesadaran yang kalang kabut dari pihak masyarakatnya sendiri.

Bermodal Ambisi

            Dengan Modal niat, akhirnya Rubama bersama seorang teman yang masih warga Gampong Nusa pergi ke Aceh Jaya akhir tahun 2006 dalam mengikuti sebuah kegiatan yang dilaksanakan oleh sebuah NGO,  saat itu mereka hanya bermodal nekat yang dibarengi ambisi. Bahkan mereka harus berusaha lebih karena  mereka yang tidak terdaftar sebagai peserta dalam program green, health, and green. Adapun program ini membahas tentang pemberdayaan masyarakat terhadap sampah,  hal tersebut karena faktor pasca tsunami sampah menjadi santapan mata setiap hari, tentunya hal ini  menjadikan kegiatan ini suatu yang “wajib” dilirik oleh Rubama selaku warga yang bertempat tinggal di kawasan paling parah amukan tsunami.

            Setelah mengikuti segala pembelajaran dari Kegiatan green, health, and green., akhirnya lahirlah Nusa Creation Community (NCC), sebuah komunitas yang bergerak dibidang lingkungan, yang mana juga mampu menghasilkan pundi rupiah, maknanya disamping sebagai cara menjaga lingkungan kita juga bisa menghasilkan banyak hal dari sampah yang beredar luas tersebut. Sehingga mandiri.


Broh = Peng  

            Statement tersebut disampaikan oleh Rubama kala menjadi pemateri dalam Workshop kepemudaan Regional Aceh tanggal 24 Maret kemarin. Adapun arti dari Broh  = Peng adalah Sampah = Uang,  Selain menggerakan kita untuk menjaga lingkungan. Bisa juga menjadi salah satu hobi yang memberi pemasukan. Bahkan Bisa kita lihat bagaimana metode mandiri juga diajarkan dalam NCC kepada anak anak, yaitu metode menabung di Nusa Waste Bank dengan bermodal sampah, dan hasilnya untuk membayar TPA anak-anak tersebut.  hal ini juga menjadi salah satu cara untuk mendapatkan pemasukan dengan modal “ala kadar.”  

            Namun untuk membangun kesadaran masyarakat memanglah sulit, dari jumlah puluhan, akhirnya yang berhasil melewati seleksi alam hanya 17 orang dari sekian banyak, merekalah yang masih berkomitmen di NCC. Sekalipun banyak yang mundur hal itu tidak membuat patah semangat untuk melanjutkan perjuangan, bahkan untuk meningkatkan lagi perkembangan mereka tidak berhenti disitu, NCC juga membuat Festival setiap tahunnya yang mana menghasilkan kreativitas baik anak-anak maupun IRT. Adalah Nusa Award kegiatan yang dibentuk dengan maksud mengapresiasi usaha anggota, Festival ini diselenggarakan setiap tahun pada bulan Desember yang terdiri dari beragam kategori lomba, mulai dari orang yang paling disegani, rumah paling bersih, hingga pawai untuk kreasi busana paling unik. Selain itu banyak juga ditemukan kegiatan sejenis tarian dan atraksi lainnya yang cukup menarik untuk dilirik. 

            Kini selain dikenal karena kemandirian, gampong Nusa menjadi salah satu Gampong Wisata yang cukup terkenal di banda Aceh bahkan sudah mempunyai 30 Homestay disana. Banyak hal yang disajikan membuat turis tertarik untuk mampir, selain karena faktor dekat dengan laut, Gampong Nusa juga masih menawarkan  nuansa alami dan rasa khas Aceh. Tentu saja tidak mengherankan jika banyak penghargaan yang didapatkan oleh Gampong Nusa, terkhusus sang pencetus nya Rubama yaitu  sebagai wanita inspiratif. 


 #feature #wisataaceh #gampongnusa #inspiring


2 comments: