Tuesday, 28 August 2018

Mengenal Filosofi Rumoh Aceh

Pka was coming... Masa mengenali budaya lebih rinci sudah menati.
             Well PKA adalah pekan kebudayaan Aceh, suatu pekan yang dilaksanaan lima tahun sekali dalam rangka mengenang sejarah, hingga memperkenalkan budaya yang mulai langka kepada masyarakt aceh sendiri. Tentunya sebagai pecinta hal unik yang berhubungan budaya dan alam saya tidak ingin melewatkan dengan datar acara yang cukup dinikmati hinnga dinanti ini .
           Untuk menulis post satu ini rasanya cukup gembira karena saya bisa menulis tanpa takut miskin kosakata, ada banyak hal yang ingin saya ceritakan kepada blogger sekalian.  yaitu perihal budaya perdana yang baru saya ketahui. Seperti Contoh Rumoh Aceh. Dan karena itu untuk post ini saya ingin berbagai pengetahuan dan pengalaman saya menjajaki rumoh Aceh.


Ternyata Rumoh Aceh Itu berbeda beda dari setiap kabupaten lagi!

                Satu hal yang buat saya miskin sekali dengan sejarah, ternyata Rumoh Aceh tiap kabupaten itu beragam. secara umum ketika dilemparkan pertanyaa rumoh aceh kita pasti akan berkiblatkan pada rumoh aceh yang di museum, yaps saya pun berpikir itu saja. Dan ternyata antar kabupaten kita memiliki variasi lagi, dilain pihak saya kembali dibuat heran heran, karena antar kabuptaten cukup variasi, “ kok kayak mirip rumah adat padang ya? Atau apapun itu yang tidak mirip rumoh aceh umumnya, karena rumoh aceh khas nya mengunakan tameng tapi ketika menemukan yang tidak menggunakan tameng, dengan kata lain bukan Rumah Panggung maka saya menjadi tertarik untuk mengenal lebih. “ini udah di moderenisasi atau gimana ya?” Akhirnya ada  PR baru yang harus saya selesaikan.

Filosofi Rumoh Aceh
                Rumah Aceh bukan sekedar tempat hunian, tapi juga memiliki makna simbolik. Ia merupakan wujud ekspresi keyakinan terhadap tuhan dan adaptasi terhadap alam.  Hal ini cukup tergambar jelas dari motif  hiasan hingga Struktur  bentuknya.          
    
Ekspresi kayakinan terhadap Tuhan
                Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh Terhadap Arsitektur bangunan dapat dilihat dari orientasi rumah yang berbentuk memanjang dari timur ke barat, yaitu pada bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam atau belakang yang sakral berada di barat. Arah barat mencerminkan upaya masyarakat Aceh untuk membnagun garis imajiner dengan kabbah yang berada di Mekkah. Selain itu pengaruh keyakinan adat juga dilihat dari tiang penyangga yang selalu berjumlah genap, dan anak tangga yag selalu berjumplah ganjil.
                Bagi Masyarakat Aceh, membangun rumah Bagaikan membangun kehidupan itu sendiri,  itulah mengapa pembangunan yang dilakukan haruslah memenuhi beberapa persyaratan yang memalui beberapa persyaratan yang dilakukan, semisalnya pengadaan kenduri, pengadaan kayu pilihan dll.
                Musyawarah dengan keulaurga, hingga meminta saran kepada teuku dan bergotong royong dalam proses pembangunan merupakan upaya untuk menumbuhkan dan rasa solidaritas antar sesama dan penghormatan kepada adat yang berlaku. Dengan kerjasama, permasalahn dapat diatadi dan harmoni sosial tetap tersipta dan terus terjaga. Dan juga dengan mendapatkan petuah dari teuku, Rumah yang dibangun diharapkan dapat memberikan keamanan secara jasmani dan ketentraman secara rohani.  

Adaptasi terhadap Alam
                Adapun adaptasi masyarakat aceh terhadap lingkungan bisa dilihat dari stuktur  bangunan, yang terdiri dari berbagai ruang membentuk dan fungsi tertentu, bisa dilihat dari bentuk rumoh Aceh yang berbentuk panggung, tiang penyanggan yang terbuat dari kayu pilihan hingga atap dari rumbia. Bentuk dan fungsi ini mengandung nilai yang menjadi acuan perilaku masyarakat Aceh.                        

           Dilain pihak, tata ruang rumah yang beragam jeni fungsinya merupakan, sebuah bentuk simbolik agar semua masyarakt taat pada aturan, sebagai contoh nya ialah sturktur rumah yang berbentuk panggung membuat pandangan tida terhalang, dan memudahkan sesama warga untuk saling menjaga rumah serta ketertipan gampong. Sehingga semua mempunyai tujuan yang cukup spesifik dari sekedar tempat hunian saja.

              Dan menariknya pemanfaatan alam juga dapat dilihat ketika hendak menggabungkan bagian rumah yang tidak menggunakan paku tetapi menggunakan pasak atau tali pengikat dari rotan, walaupun hanya bermodalkan kayu dan beratapkan rumbia ternyata Rumoh Aceh bisa bertahan hingga 200 tahun. Dan termasuk kategori paling kokoh. Wow saya pribadi baru tahu hehe.

Motif Hiasan 

                Motif ukiran-ukiran yang terdapat didinding rumah umumnya diambil dari ayat ayat al quran, ada juga motif yang berbentuk daun, akar, ataupun bunga. Motif fauna yang biasanya digunakan adalah binatang- binatang yang sering disukai.  Motif alam seperti langit dan awan, langit, bulan bintang hingga laut.
kalau motif ini tanpa perlu dikasih tahu dari kabupaten mana, pasti mudah ketebak untuk orang acehnya
      Selain sebagai manifestasi dari keyakinan masyarakat terhadap Tuhan dan adaptasi terhadap lingkungannya, keberadaanya Rumoh Aceh untuk menunjukan status sosial penghuninya, Nah Bagi keluarga yang kaya maka akan semakin banyak motif sedangkan yang sederhana, maka mempunyai tulisan yang relatif sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Hmm

     Dizaman milenial ini, untuk  Rumoh Aceh sangat sudah terbilang jarang. Secara pribadi orang berlomba lomba membangun Rumah gedung, dan meninggalkan Rumah khas sendiri yang terpajang indah museum. Sungguh disayangkan walaupun rumah saya juga bukan begitu, hehe, Tapi saya berharap kelak bisa membangun Rumah yang masih bernuansa Khas Aceh walau tidak berpatokan sekali dengan yg dulu, karena kemarin saya menemukan Rumah yang cukup Unik, yang mana merupakan gabungan Rumah Aceh yang di permak sedikit dengan polesan yang cukup menarik, semisal tambahan untuk bagian bawah sehingga menjadi rumah dua lantai, tapi masih dengan khas aceh.  

Rumoh khas gayo

Dilain Hal Rumoh Aceh yang telah saya bahas merupakan Rumoh Aceh secara garis Umum, karena untuk Rumoh Aceh secara Khas perkabupaten tidak bisa saya masuki, karena faktor terlalu berdesakan. Saya hanya memilih yang paling dekat dengan mudah dimasukin, dan berakhir hanya bisa mendokumentasikan dari luar hehe. Tapi hal ini tidak membuat saya berhenti untuk mencari tahu lagi, karena sejujurnya sejujurnya saya penggagum Alam dan Budaya, jadi masih banyak yang harus saya search secara lebih terperinci ,terutama tentang Filosofi Rumoh aceh perkabupaten dan kenapa ada yg tidak berbentuk Rumah panggung, Hmm mungkin netizen bisa bantu saya menjawabnya?
Rumoh Aceh khas Sabang
Rumoh khas Aceh tamiang
               
               



No comments:

Post a Comment