Sunday, 17 February 2019

Waduk Kelliling Sekarang Layaknya Bunga Tanpa Kembang


Indrapuri merupakan tempat dengan ragam julukan. selain terkenal dengan wisata kuliner selayaknya rujak rujak u groeh dan rambutan. Daerah ini juga terkenal dengan wisata sejarah dan alam yang cukup menyihir setiap pasang mata. Dan juga cukup menarik minat para pemburu spot mulai dari Mesjid Tuha, hingga krueng jreu namun yang menjadi persoalan ialah faktor destinasi wisata ditetangga yang tidak cukup berkembang selayaknya pada rumput seberang.
Katakanlah Waduk keliling tempat yang pernah famous pada tahun 2008 Bahkan pada satu kondisi ia termasuk waduk pertama di Provinsi Aceh. Waduk keliling sendiri merupakan sebuah destinasi wisata yang tujuan utamanya untuk mengairi air dalam area persawahan sekitar hingga keamanaan, dengan lokasi berada di Desa Baksukon Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar. Adapun pembangunan dimulai tahun 2002 dan selesai tahun 2008. Saat itu tempat ini cukup menarik untuk dilirik selain faktor pemandangan yang indah, pembangunan disana sanapun sudah cukup memadai maknanya tempat makan, kamar mandi, mushala hingga tempat parkir dapat ditemukan. Bahkan kita bisa menyebrangi ke tengah pulau yang didalamnya banyak hal lain bisa didapati Kita juga bisa mengelilingi Waduk yang memiliki luas genangan 220 hektar ini dengan menggunakan  jasa boat. Tempat ini memang tidak bisa digunakan untuk mandi selayaknya waterboom Tapi pada sisi lain kita bisa memancing dengan tangkapan yang bervariasi dan pastinya tidak dipungut biaya alias gratis.
Sayangnya hal tersebut adalah kisah tempo dulu. Hari ini waduk keliling lebih terlihat seram seperti halnya penampakan tempat syuting film hantu, dan ini bukan tidak beralasan. Kita bisa melihat segala sarana yang pernah dibangun kini telah rusak dimakan usia, hingga para turis yang tidak bertanggung jawab, padahal dulu tempat ini mendapat penghargaan dalam kategori “Teknologi Konstruksi dan Karya Ilmiah Internal Kementrian Pekerjaan Umum”. Maka timbul pertanyaan apakah hanya sebatas gelar? Disana juga bisa kita dapatin makam ulama yang terletak tepat berada di kaki tangga mushala, sungguh menyedihkan jika hari ini kita dapati tempat ini terabaikan. Dan yang lebih memprihantikan ialah kala tempat yang sudah sepi dan tidak terawat menjadi salah satu tempat muda mudi untuk menghabiskan sore, dengan berduaan tanpa ada kontrol secara pasti selayakanya tempat wisata yang biasa dilewati wiliyatul hisbah atau minimal banyak orang. Tentunya ketakutan akan potensi mobil atau rumput bergoyang semakin besar pada tempat ini.
Pada kondisi lain, kita bisa melihat kearah para tetangga yang cukup berjaya dengan keragaman asetnya. Selayakanya Indrapuri, yaitu dengan wisata sejarah mesjid tuha, wisata kuliner rujak rujak u groeh dan rambutanya, atau sibreh dengan taman rusa yang sedang gemilangnya, hingga Semahani yang terkenal dengan kuta malaka dan air terjun yang bertingkat. Bahkan konon tempat wisata air terjun ini sudah masuk dalam salah satu stasiun tv acara perjalanan. Maka semakin terekspost lagi tempat ini. Dan sebaliknya, untuk waduk keliling yang terlantar ini, maka senyaplah selamanya tanpa ada inisiatif lebih untuk memperbaiki kondisi.
Adapun alasan yang sering muncul  terhadap berkurangnya minat turis, atau terabaikannya tempat ini ialah faktor lokasi yang cukup jauh, penunggu hingga fasilitas yang terabaikan sehingga tak layak lagi digunakan. Hemat penulis jikalau beralasan kurangnya minat tempat ini karena lokasi, maka air terjun semahani lebih ekstrim jarak tempuhnya jadi bukannlah jarak yag menjadi kendala terutama karena jalan menuju ke waduk keliling yang sudah sangat bagus maka tentu alasan ini bisa dibantah. dan bahkan jikalau faktor penunggu kita tahu untuk danau toba pun dipercaya ada penunggu sehingga untuk alasan seperti kurang bisa dipertanggung jawabkan. bagi saya alasan yang sesuai ialah dukungan dari pemerintah terhadap tempat ini yang sangat kurang. Seadainya tempat ini kembali diperbaiki tentu akan berbeda jauh kondisi, oleh karena itu tugas kita ialah membangun dan memperbaiki kembali tempat ini. Sebagaimana kita sadar betapa besar potensi yang bisa ditimbulkan jikalau tempat ini kembali muncul kemuka publik.

 Saat ini kita berada pada masa pemburu spot, makanan hingga budaya. Dan sudah sepatutnya kita bisa memaksimalkan hal ini untuk meningkat pemasukan. Karena kita tahu bagaimana hari ini Aceh sedang koncar kancirnya mempromosikan destinasi wisata, hal ini karena kita sadar bagaimana potensi di sektor parawisata paling besar untuk dinikmati. Maka sudah sepatutnya segala tempat yang berpotensi kembali dibenahi, terutama karena faktor kemudahan dalam promosi diera sekarang yaitu melalui jejaring sosial yang bisa diakses oleh setiap kalangan tanpa batas usia dan waktu.
Dilain pihak kita juga tahu perekonomian masyarakat bisa terbantu seandainya tempat ini kembali berjaya. Karena jikalau tempat ini berjaya otomatis akan menciptakan lapangan kerja dan pastinya bisa membantu mengurangi jumlah penggangguran disekitaran lokasi. Hari ini para warga sekitar hanya bisa mendapatkan upah untuk membersihkan area waduk sebesar 70 ribu dan itu tidak terhitung setiap hari. Sangat berbanding jauh jikalau mereka punya izin untuk membuka kios ditempat ini. Juga pada konteks lain bisa membantu keamanan yang kurang. Seandainya tempat ini kemball berjaya pastinya tingkat keamanan semakin baik, maknya tidak ada yang berduaan ditempat ini, balapan liar, hingga beberapa pendatang yang iseng merusak tempat ini. Adapun kita sadar alat kontrol disini masih sangat terbatas, oleh karena itu dengan kembali dihidupkan tempat ini bisa menjadi salah satu alat kontrol para muda mudi untuk menyesuaikan tatanan yang seharusnya.
Namun sayangnya izin dari pemerintah sendiri tidak didapati untuk sekedar kios kecil. Sehingga ketika turis datang tidak ada magnet khusus untuk singgah ditempat tersebut. Hal ini sudah sepatutnya menjadi tugas bersama untuk menyelesaikan persoalan dengan harapan, waduk keliling tak lagi menjadi layaknya bunga tanpa kumbang.  



2 comments: