Friday, 11 September 2020

Eksistensi Aceh dalam membingkai keragaman

 Bagi saya gambar ini bukan sekedar cerita tapi bukti keberhasilan toleransi di daerah saya sebut saja Peunayong, kota ragam budaya. Tempat ini disebut juga sebagai jalur pertama kedatangan para etnis tionghoa ke Aceh dengan maksud berdagang yaitu pada abad ke-13 dan menariknya menurut cerita terdahulu kata peunayong sendiri bermakna gabungan kata dari bahasa Aceh dan Cina yang kala itu di salah pahami, memang keragaman bukan sekedar terlihat dari etnis, agama dan budaya tapi bahasa pun telah di wakilkan pada nama tempat tersebut. Hal ini seharusnya cukup bisa mematahkan stigma orang-orang yang melihat Aceh sebagai tempat yang rawan atau intoleran karena bagi saya sifat intoleran itu karakter personal atau sekelompok oknum sehingga saya tidak setuju jikalau sebuah daerah yang menanggung nya. Nyatanya toleransi diAceh telah lahir berabad-abad yang lalu bahkan sebelum media hari ini mengkampanyekannya. Cakra donya adalah salah satu bukti keberhasilan hubungan yang dibangun antara kerajaan aceh dgn china kala itu. Toleransi telah lahir dari dulu, namun selalu ada keladi yang memperkeruh kondisi selayaknya minyak di antara lilin yang terang.Kata Aceh sendiri dipercaya sebagai gabungan dari keragaman orang Aceh yaitu Arab China Eropa dan Hindia karena faktor lokasi Aceh yang cukup strategis. Jika ingin melihat orang yang berperawakan Eropa maka mampirlah ke Lamno dan jika ingin melihat masyarakat Cina mampirlah ke Peunyong. Terlepas dari perbedaan agama Suku dan bahasa dalam mayoritas bingkai Syariah, kami menjaga dan menghargai perbedaan. mereka mendapat hak dan perlakuan sama. Saya percaya sifat toleran ada diantara kita semua karena nenek moyang kita adalah bangsa yg bijak, yg perlu kita lakukan ialah merawatnya. karena Merawat toleransi ibarat menjaga Masa depan negeri. Aceh damai sabee.


20 comments:

  1. Iya nih, saya juga nggak setuju kalo Aceh itu intoleran. Setiap daerah pasti punya cerita toleransi masing-masing ya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mbak, kadang kesalah seorang yang nanggung sebuah daerah itu bikin kesel kita ikut jadi korban

      Delete
  2. Wah iya, bisa juga itu kepanjangannya. Baru kepikiran~

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya karena perawakan orang aceh menonjol begitu, mirip india,arab china hingga eropa

      Delete
  3. Saya belum pernah ke aceh, dan ingin sekali suatu saat bisa kesana... Salam kenal ya mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya salam kenal juga, semoga diberi kemudahan bisa berkunjung kesini :D

      Delete
  4. dulu aku di aceh selama dua bulan. Sebagai orang pendatang, selama di sana diterima dengan baik oleh masyarakat. Bahkan kami sering terlibat obrolan yang asyik dan menyenangkan.

    Jadi rasanya tidak adil jika perbuatan seseorang atau kelompok kemudian dijadikan gambaran perliaku satu daerah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar padahal perbuatan seorang oknum tapi selalu berimbas ke sekelilingnya

      Delete
  5. Seneng banget ya mbk kalau lihat rada toleransi yang tinggi di masyarakat. Kita memang harus bisa menghargai perbedaan😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, karena tidak ada yang SAMA di muka bumi ini sekalipun orang kembar :D

      Delete
  6. Mbak inia aku malah baru tau kalau ACEH bisa diartikan sebagai nama wilayah seperti Arab China Eropa dan Hindia.
    semoga suatu saat bisa main main ke Aceh, pengen ke pulau weh

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya konon disebut begitu karena prawakannya yang mempunyai unsur dan historis yang sama, dan yang paling mendominan arab sama hindia, bahkan kalau di searching di google dengan tulisan kenapa orang aceh, maka opsi yang ditawarkan mirip arab sama india. Aamin, saya sendiri belum sampai ke pulau Weh, niatnya kemarin mau kesana cuma karena corona akhirnya di tunda lagi hehe semoga disegerakan untuk bisa ke pulau weh

      Delete
  7. Ternyata dari dahulu Aceh sudah penuh toleransi ya mbak, buktinya sejak abad ke 13 sudah banyak pendatang dari China dan rukun dengan penduduk setempat di Peunayong.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya jauh dimasa lalu semua telah menyatu, tinggal gmnacara kita poles saja biar tetap beragam

      Delete
  8. Gini nih yang mantep.
    Semoga aja warga Indonesia bisa kembali toleran terhadap perbedaan. Jangan kayak sekarang yang dimana-mana malah memperdebatkan perbedaan. Padahal kan sama-sama warga Indonesia sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Efek media yg disalah gunakan. Pdhal dalam dunia nyata damai2 banget

      Delete
  9. Aku baru tahu loh kalau aceh itu bisa berarti dari arab cina eropa hindia..


    Mengenai Intoleransi, bisa jadi ini disebabkan media yg mungkin mengambil dari satu sudut pandang saja. Dinilai kalau hukum syariat berkuasa, auto Intoleransi. Padahal tidak seperti itu jg yaa mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mas, kadang framing nya terlalu barbar dan pernah heboh banget sekali sampai jadi judul skripsi orang.

      Delete
  10. Temen2 kubanyak yg bertanya tinggal di Aceh itu rasanya kayak apa . Apalagi Krn aku pernah 18 THN di Aceh Utara, 1.5 THN di banda Aceh. Mereka pikir Aceh itu mengerikan Krn menerapkan syariat Islam. Serem Ama hukuman cambuknya , trus kuatir yg non muslim dipaksa utk pakai jilbab. Tapi setelah aku ceritain Aceh ga seperti itu, dan ga da yg namanya pemaksaan menyuruh non muslim pakai jilbab, baru deh temen2 tenang, tp ttp aja blm mau ke Aceh

    Masih kuatir mungkin.

    Kadang2 yg seperti ini, hrs diliat lgs ya mba. Rasain sendiri seperti apa Aceh. Yg pasti, aku kangen Ama kota ini. Udah lama bgt g kesana :)

    ReplyDelete
  11. benar mbak , itulah kenapa toleransi itu tidak sekedar diajarkan tapi harus dirasakan, kalau hanya mengandalkan cerita orang maka kita akan selalu berburuk sangka.

    ReplyDelete