Kalian maba atau siswa yang sedang mencari tahu target kampus dan jurusan selanjutnya? simak dulu lika liku dinamika alumni uin sekiranya berminat menjadi salah satu mahasiswanya. Tulisan ini hanya keresahan hati berdasarkan pengalaman pribadi sebagai persiapan untuk kalian maba agar tidak culture shock dan mempersiapkan diri, mulai mencicil menghafal juz 30 misal dari awal semester misalnya, ingat ini bukan ajakan untuk keluar, atau tidak memilih Universitas Islam Negeri tapi lebih tepatnya persiapan alat tempur yang lebih lengkap.
Kuliah di UIN Adalah sebuah tantangan baru untuk kalian calon mahasiswa yang berasal dari sekolah Menengah atas alias SMA, dalam konteks ini jika disandingkan dengan mereka yang alumni MAN atau madrasah mungkin kalian akan mengandung beban pikiran 2 kali lebih banyak ketimbang Alumni MAN, mulai dari MK Umum ( baca Mata kuliah ) tambahan Bahasa arab hingga peranakan lainnya. Lantas peranakannya apa sih, nah Simak ulasan lengkap dari pengalaman pribadi
1. Serasa di anak tirikan (tidak ada kampus merdeka)
Jujur kampus Merdeka menjadi program yang paling menarik bagi saya yang gagal untuk diraih karena terhalang kampus, kampus merdeka ini diciptakan di bawah kemendikbud ristek berupa mata kuliah di luar program studi selama 1-2 semester dengan beragam jenis program menariknya yang bisa dilirik mulai dari pertukaran, magang, riset dan beragama jenis hal menarik lain yang ditawarkan. Jujur magang pertukaran juga bisa ditemukan di UIN Tapi konteksnya berbeda selain sertifikat yang dikeluarkan langsung oleh kemendikbud ristek, kita juga terbebas dari kuliah kerja nyata, dan jumlah sks yang terhitung terbilang cukup banyak sehingga sangat membantu. Bagaimana dengan UIN boro kampus Merdeka, cari tempat magang saja serasa cari kerja sulitnya, padahal terhitung relawan tanpa di gaji tapi tetap saja kesulitan, apalagi fakultas saya hadeuh, melihat fakultas seberang sampai diantar ke dinas oleh para penanggung jawab untuk di cariin tempat magang, lah kami di suruh berkibar seorang diri berburu tempat magang dari pint uke pintu layaknya mengemis dana “persis mahasiswa yang sedang mencoba melempar proposal untuk buat acara “ Pertukaran mahasiswa” yang isinya juga gak jauh dari tips pertukaran mahasiswa gratis dengan lempar proposal sana sini.
2. Mudah masuk susah keluar
Konon ini sudah menjadi hymne mahasiswa akhir terkhusus ketika sudah berstatus investor tetap di kampus. Bagi banyak orang, UIN terbilang mudah dalam tahap masuk tapi ngelus dada untuk lulus, banyaknya peranakan lulus membuat orang pasti berkerut dahi memikirkannya seperti wajib lulus ma'had dimana syarat lulus ma'had wajib hafal juz 30 sampai hadis dan artinya, bagus dalam satu sisi namun sisi lain otak saya kala itu ingin berpencar layaknya anak muda yang sedang mencari jati diri, satu sisi saya sedang sibuk magang sisi lain harus hafalan juz 30 plus hadis, kala itu saya juga dalam moment mata kuliah tambahan yang mewajibkan hafal hadits arbain 20 buah dari total 40 keseluruhan dan stressnya sampai arti plus lengkap dengan sanad, belum lagi mata kuliah lain punya hafalan juga walau tidak sebanyak ini. Endingnya saya ngulang mata kuliah tapi senangnya ternyata 4 kelas 90% mengulang semua mata kuliah hafalan ini, (Benar kata orang kawan adalah obat ketika kita gagal dia pun juga, maka kita merasa baikan hehe) endingnya apa? saya keluar asrama masih ketahan hafalan sampai ngejar- ngejar ustazah untuk setor hafalan di saat sedang skripsian, mana kadang cancel lagi karena rame yang antri belum lagi sampai ganti ustazah lagi. capek kalau diingat suka heran berat banget buat lulus belum lagi toafl yang bonus tambahan selain toefl karena UIN, curiga lulus nanti kerja di kemenag langsung. jadi kalau kalian sudah bertempur di UIN mending mulai hafalan dari sekarang.
3. Formasi untuk cpns sangat terbatas.
Lulus kuliah ternyata drama masih berlanjut, etss beruntung kalau kalian langsung dapat kerja, tapi untuk kasus yang berharap di Seleksi CPNS maka ujian part 2 baru dimulai. Jujur ada penyesalan kalau diingat namun mengingat garis takdir yang sudah terjadi akhirnya saya coba untuk berdamai, walau kasus seperti tahun ini berulang lagi bahkan lebih parah. Contohnya di formasi seperti ini. Bagi kita lulusan UIN, kebanyakan mempunyai banyak sekali batasan untuk daftar CPNS nyatanya formasi jurusan kita sangat terbatas dalam kualifikasi CPNS, karna pasal yang menyebutkan perbedaan antara jurusan ekonomi islam dengan jurusan ekonomi sehingga kita hanya bisa mendaftar di kemenag atau kementerian yang secara langsung memasukkan jenis kualifikasi ekonomi islam, begitupun pada kasus komunikasi penyiaran islam dengan komunikasi penyiaran keduanya dianggap berbeda. Sehingga persaingan lebih ketat berkali lipat karena kualifikasi yang termasuk sangat terbatas jadinya persaingannya sangat banyak. Padahal dalam pembelajaran kami malah menguasai 2 segi mulai dari pandangan islam, sampai teori barat, nyatanya belajar public speaking, public relations, periklanan, penyiaran, radio, sinematografi, desain, jurnalistik, opini publik, hingga beragam praktik komunikasi umum ,massa, akan terlupakan karena status uin menggandeng nama islam dan syariah. Capek mana lagi tahun ini formasi p3k di anak emaskan jurusan kami yang sudah sulit bahkan hilang formasi. Emang benarnya tidak usah daftar UIN dan CPNS mending daftar ke KUA kali yak.
#uin #cpns #kampusmerdeka #kemendikbud
Jiaaaaaah aku baru tau sesusah itu Mbaaa 😵💫😵💫.
ReplyDeleteHarusnya walo pake embel2 Islam atau syariah, tetep disamakan yaa dengan yg regular. Terkadang memang para pencari kerja itu msh kuatir dengan pemakaian syariah, Krn dianggap ga menguasai bidang regularnya. Padahal sama2 dipelajari.
Cuma aku heran juga yg pas magang, disuruh cari sendiri 😱. Di mana2 mah dari kampus sih, ini malah cari sendiri 😅.
Kalo soal hapalan juz 30, dulu aku sempet hapal, Krn dipaksa papa 🤣. Tapi ga pake artinya juga, cukup hapalin doang 😂. Berat juga yaa kalo sampe Ama arti dan hadis yg lain 😅