Allahuakbar”
ini adalah satu-satunya kata yang bisa saya terjemahkan dari lisan beliau
selain anggukan, lafaz ini diulang berulang kali mewakili setiap pertanyaan dan
pernyataan yang dilontarkan. Saya mengangguk “iya” berlagak menjadi si paling paham
sebelum penerjemah menjelaskan maksudnya. Ya begitulah cara kami berkomunikasi
dengan Mr jali sang juru kunci leuser yang tidak fasih bahasa Indonesia namun
uniknya menguasai 3 bahasa asing dari belahan dunia.
Gayo adalah salah satu kabupaten di Aceh, tempat ini bukan
saja terkenal karena tarian saman dan kopinya yang mendunia tapi juga karena
leusernya yang menjadi tempat tinggal bagi beragam satwa lindung, selain itu ia
juga menjadi bagian paru-paru dunia yang membuat banyak para peneliti dari luar
daerah tertarik untuk mengintip daerah konservasi ini. Disinilah peranan Mr
Jali dibutuhkan. 35 tahun sudah karir beliau dalam memantau perkembangan leuser
sekaligus menjadi navigator bagi para pendaki, beragam kondisi dan biodiversity
sudah ditemui, bahkan beliau berkata Dari sekian banyak jenis orang utan yang ada hanya 3 jenis saja yg belum pernah dilihatnya. Cukup menarik, namun kondisi yang sudah uzur membuat beliau
membatasi diri pada pendakian kala ditemui 4 maret 2024 kemarin. Silaturahmi ke rumah mr Jali
Acara ecofeminism and environmental
journalism memberikan kesempatan untuk para peserta bertatap muka langsung dengan Mr Jali di kediaman tempat
tinggal beliau. Beragam sticker
komunitas ternama seperti jejak petualang, my trip my adventure, sampai NGO
UNDP memenuhi jendela rumah yang membuat penglihatan dari jendela terblokir,
Isi ruangan pun di dominasi oleh dokumentasi hingga penghargaan seperti
Rainforest Lodge of Kedah. Ketakjuban mulai muncul terutama ketika sebuah foto
yang menunjukan keberadaan beliau bersama rekannya di puncak leuser Dimana rekannya
bahkan berpakaian lengan pendek layaknya aktifitas bapak-bapak yang sore pergi
ke warung kopi pada kondisi puncak mempunyai ketinggian 3304 mdpl. Entah bagaimana
dinginnya kala itu terutama album lama yang menunjukan indikasi lebih dingin
dari sekarang. Perjalanan menuju Bungalow
Rasa takjub tidak berhenti disini, dikala kondisi yang sudah mulai menurun ternyata tidak bisa membatasi semangat dan jiwa pejuang beliau, perjalanan peserta yang berlanjut ke Rainforest Bungalow sebuah tempat wisata sekaligus pintu masuk pendakian ke leuser, nyatanya disusul oleh beliau dari pusat tempat penjemputan dengan berjalan kaki dibantu tongkat pada tangan kirinya, dengan kondisi tertatih pada perjalanan yang naik turun dan tidak rata itu, jalanan yang mencekam menunjukan bagaimana tingginya jam terbang beliau selama ini dalam pendakian, sehingga di kala kondisi fisik yang di telah di serang stroke awal tahun 2023 beliau masih cukup tangguh untuk bergerak sejauh ini.
Allahuakbar”
ini adalah satu-satunya kata yang bisa saya terjemahkan dari lisan beliau
selain anggukan, lafaz ini diulang berulang kali mewakili setiap pertanyaan dan
pernyataan yang dilontarkan. Saya mengangguk “iya” berlagak menjadi si paling paham
sebelum penerjemah menjelaskan maksudnya. Ya begitulah cara kami berkomunikasi
dengan Mr jali sang juru kunci leuser yang tidak fasih bahasa Indonesia namun
uniknya menguasai 3 bahasa asing dari belahan dunia.
Gayo adalah salah satu kabupaten di Aceh, tempat ini bukan
saja terkenal karena tarian saman dan kopinya yang mendunia tapi juga karena
leusernya yang menjadi tempat tinggal bagi beragam satwa lindung, selain itu ia
juga menjadi bagian paru-paru dunia yang membuat banyak para peneliti dari luar
daerah tertarik untuk mengintip daerah konservasi ini. Disinilah peranan Mr
Jali dibutuhkan. 35 tahun sudah karir beliau dalam memantau perkembangan leuser
sekaligus menjadi navigator bagi para pendaki, beragam kondisi dan biodiversity
sudah ditemui, bahkan beliau berkata Dari sekian banyak jenis orang utan yang ada hanya 3 jenis saja yg belum pernah dilihatnya. Cukup menarik, namun kondisi yang sudah uzur membuat beliau
membatasi diri pada pendakian kala ditemui 4 maret 2024 kemarin.
Silaturahmi ke rumah mr Jali |
Perjalanan menuju Bungalow |
Sungai di rainforest bungalow
Saat
ini kegiatan ini diteruskan kepada anak-anak beliau, baik selaku yang mengelola
tempat wisata kedah Bungalow sampai ketahap pendakian, tempat ini menjadi
magnet yang cukup menarik terlepas pergerakan Mr jali yang mulai terbatas,
namun keberhasilan beliau dalam memperkenalkan tempat ini cukup membuat leuser masih
dalam jangkauan luas sampai ke kancah internasional, para ilmuan dan pencinta alam
adalah teman – teman beliau, banyak juga para turis asing yang datang sebatas berburu
angin leuser yang cukup sejuk terlepas dari ingin memacu adrenalin untuk
mendaki ke puncak yang ternyata memakan waktu sampai 7 hari. Suasana yang asri sungai yang jernih dan
dingin ini menjadi primadona di rainforest bungalow yang bisa kalian minum langsung,
airnya lebih nikmat kala lelah tanpa pahit dan bau pencemaran, tidak heran
jikalau pernah ada investor melirik air di sini untuk di dikomersilkan, namun
begitulah sebuah tempat perlu penjagaan, tempat ini adalah sebuah muasal dari peradaban gayo hari ini, dengan Mr jali pengawalannya. #leuser #konservasi #wisataalam #wisata #travel #gayo #tarisaman #gayolues #kedah #mrjali
Sungai di rainforest bungalow |
MasyaAllah saluutttt banget dengan beliau
ReplyDeletetampak banget passionate dengan alam.
betul2 berkontribusi optimal utk bumi pertiwi. amal.jariyah beliau luarrr biasaaaa
Jadi, Mr. Jali kurang fasih berbahasa Indonesia dan hanya bisa berbahasa daerah Aceh dan bahasa iggris serta beberapa bahas asing lain, gitu/ Beliau apa kuncennya Gunung Leuser seperti alm Mbah Marijan yg jadi kuncen Gunung Merapi?
ReplyDeleteKeren banget ya kak bungalow nya, aku belum pernah kebayang akan sampe aceh apalagi leuser. Kok kayanya dari kalimantan akan mahal sekali biayanya. Tapi dari cerita ini, aku tetap optimis semoga suatu saat ada rezeki ya ketemu mr.jali juga
ReplyDeleteMasih sangat asri banget, alam nya. Semoga tetap terjaga terus ya. Salut sama Mr. Jali, menjalani karier sampai 35 tahunan..keren banget, sangat inspiratif. Ternyata pendakian ke leuser, butuh 7 hari..amanzing banget, kudu jaga kondisi badan dan beneran buat yang udah di tahap sering mendaki dan paham track.
ReplyDeleteSetiap kali mendaki, yang paling saya suka adalah minum air langsung dari mata airnya... Itu adalah suatu hal yang menakjubkan buat saya...
ReplyDeleteDan terbayang, mungkin 100 atau 200 tahun lagi manusia bisa melakukan penataan dan pengelolaan air dengan benar sehingga di setiap sudut tempat bisa merasakan minum langsung dari mata air...
Keren banget ya kecintaan beliau pada alam Leuser semoga semangatnya mencintai alam menular pada generasi muda kita
ReplyDeleteGayo berarti daerah Takengon bukan sih mba?
ReplyDeleteHebaaat bapaknya, udah berusia segitu tapi masih kuat walaupun sudah terserang stroke.
Memang, jangan semua bagian hutan dikomersilkan lah. Biarkan aja air sungai bersih itu tetep seperti itu. Terkadang kalo sudah komersil malah ga dijaga 😔
Wuih seru banget ini bisa explore Gunung Leuser. Indah-indah sekali pemandangnnya. Adem, refreshing. Btw, salut ya buat bapak juru kuncinya yang keren. Bisa menguasai 3 bahasa asing. 👍
ReplyDeleteAku minim banget ilmu mengenai alam yaa..
ReplyDeleteAsa familiar sama Leuser. Dan ternyata memang Taman Wisata yang menjadi kebanggaan warga Aceh. Cantiknya tiada tara dan kudu tetap terjaga baik, salah satunya yang cinta dengan alam adalah Mr. Jali.