Ceklish Target no 15 melalui kegiatan Jelajah Toleransi
Inia lutarfus
October 09, 2019
4
“Saya
percaya, kelak akan memiliki segala yang saya Usahakan dan saya Doakan di Hari
ini.” Dan akhirnya, satu persatu doa
yang saya tulis terceklish juga. So, Perjuangkan
apa yang engkau mimpikan, karena sesungguhnya engkau juga punya hak mendapatknya. Semangat!!
Setelah
sekian lama mengendap dari layar leptop, akhirnya saya “kembali” dengan cerita
perjuangan saya dalam menceklish mimpi saya ke 15. Yaitu Go Nasional waktu kuliah yang berhasil saya lalui melalui
Program Jelajah Toleransi yang di selenggarakan oleh @toleransi.id dengan dukungan dari Indika Foudation, United Develepment Program (UNDP) Indonesia dan Uni
Eropa. Kegiatan ini berupa jalan-jalan seru ke berbagai penjuru Indonesia
untuk merasakan Jelajah toleransi secara langsung hingga belajar membuat konten
berbasis Visual. Alhamdulillah banget karena kesempatan Go nasional waktu
kuliah paling berkesan, efek nya “dapat.” bingits. Bayangkan terakhir nangis karena
perpisahan adalah tamat SMA (Maklum anak boardhing school tiga tahun) tapi kala
ikut beberapa lomba yang juga mengharuskan nginap selama seminggu lebih gak
sampai nangis, atau setingkat tinggal asrama kampus selama tiga bulan juga gak
se emosional gini apalagi kegiatan yang mengadakan jerit malah dengan dalih
agar mental kuat ( halah bacot) Saya juga gak bisa nangis diteriaki. Sumpah
tapi ini beda banget, pecah tangisan ane mah, imbarat kalau cewek hobi make up
luntur maskaranya alias kembali ke pabrik semula wkwkw. Intinya bersyukur
banget apalagi setelah mendengar cerita teman-teman yang dulu juga ikut
kegiatan yang hampir serupa, di tempat yang sama tapi tidak se mewek ini
efeknya.
Nah
sedikit cerita ni ya, ( padahal memang lagi sesi curhat ) Kala SMA saya pernah
membuat list terhadap Impian saya kelak, 10
tahun kedepan. Dan ternyata secara tak sadar satu persatu target itu mulai
terceklish, Alhamdulillah banget jadi makin semangat. Dulu terinpirasi sama
Video Danang pembuat jejak apalagi
banyak kesamaan antara saya dan dia hiyahiya, tapi masih rahasia kesamaannya,
Kalau sudah keluar negeri baru bisa bocorin kesamaannya apa ckckc. Intinya
pengen ke tingkat nasional lewat kegiatan apapun. Dulu sempat ikut XL feature
Leader tapi setengah jalan macet internet di saat sesi soal Gmat alhasil jadi
mager lewat jalur ini. Terus berharap bisa nasional melalui kegiatan Zetizen
tapi malah gak bisa edit video (efek malam deadline) padahal tinggal seleksi 5
besar ke nasionalnya. Dan kala ke kesempatan ke tiga akhirnya bisa nasional
melalui kegiatan jelajah toleransi, gak nyangka untuk orang yang males ikut lomba kala kuliah bisa kesampaian juga ceklish targetnya, (biasanya lebih ke berburu seminar untuk sertifkat syarat sidang sih, wkwkwk) intinya kalau rezeki gak kemana, Alhamdulillah
usaha tidak pernah menghianati hasil.
Semoga tersemogakan segala yang dituliskan ini. Amiin... |
Kegiatan yang berlangsung selama 10 hari ini, dibagi menjadi kedua lokasi pertama di lokasi wisma kinasih untuk materi jurnalistik yang berlanjut ditempatkan lokasi jelajah toleransinya. Jadi ada lima lokasi yang berbeda kala jelajah toleransinya, Ambon, Wonosobo, Palu Batu dan Pangandaran. dengan jumlah peserta 50 orang, kami di bagi menjadi 10 kelompok. Dan taraaa… saya mendapat penempatan ke Wonosobo, sebuah tempat yang hampir tidak ada bayangan dari saya terutama melihat kondisi teman-teman yang belum saya kenal, tentu sempat membuat saya bingung, tapi tetap saya husnuzon terhadap takdir saya pasti bertujuan baik. Intinya bisa jalan-jalan gratis saja udah senang.
Sebelum sesi jelajah dimulai kami belajar
banyak hal kala di Wisma, mulai dari mindfulness, adaptasi
budaya hingga game kekompakan, kreatifitas dan pastinya yang menarik yaitu Guardian
Angel dengan Box Love eaaaaa. Merasa ada pengagum rahasia uhuk uhuk walau sudah
tahu orang sekamar ckckc. Intinya have fun banget deh, belum lagi sesi yang
bikin mewek-mewek. Berjumpa dengan orang yang open minded banget, bahagia kali
bisa sharing banyak hal. Apalagi kalau sudah nyaman. Uuu cayang.
Dan
Kala perjalanan penempatan di wonosobo cukup membuat culture shok. Dinginnya air
membuat saya pribadi jadi mager ke kamar mandi, Air nya dingin banget sumpah untuk setingkat lantai saja harus pakek kaus kaki, gimana mau mandi coba. Ets
tapi tenang kami tetap mandi walau versi air panas sebagai peleburnya
wkwkwk. Oya Kedatangan kami disambut hangat oleh masyarakat
sekitar,dengan sekolompok anak kecil datang bersorak girang melihat kami, kala
itu ketakutan akan culture shock mampu hilang seketika karena Keramahan
masyarakat yang langsung
membuat saya nyaman dengan lokasi tersebut, dari sini saya langsung memahami
kenapa wonosobo di pilih menjadi salah satu target penjelajahan, dan faktanya
memang mereka sangat terbuka menerima tamu yang datang. Toleransi sudah
terlihat dari pintu pembuka percakapan kami.
Mereka tidak sekedar melempar senyum ramah tapi juga sangat
mengapresiasi kedatangan kami, sambutan hangat datang bersamaan dengan mas
Pleci yang menjadi “Google” versi wonoso kala itu. Yeaay
Dilain
pihak ada perasaan yang sangat gembira ketika sadar masyarakat sekitar sangat
peduli terhadap lingkungan sekitar, tak sekedar terlihat indah karena taburan
bunga yang beragam di semua rumah. Tapi juga segala upaya yang telah di
ciptakan oleh masyarakat sekitar untuk melahirkan kesadaran kepada setiap
pendatang agar ikut peduli terhadap lingkungan, Contoh tulisan yang
menghiasi beberapa pot dengan yang membuat seakan setiap tumbuhan
berbicara, ”Biarkan saya hidup” I clean
the air your breathed, I can do that for you children too. So Let me live. Bagi
saya upaya tersebut cukup berkesan karena untuk masyarakat pendesaan yang
sering di labelkan dengan pendidikan biasa tapi mempunyai karakter yang luar
biasa. Bahkan untuk tingkat di perkotaan pun jarang ditemukan upaya seperti
ini. Desa yang bersih yang cukup membuat saya betah berlama- lama disini
sekalipun untuk akses internet terbilang sulit.
Lima
hari kami habiskan waktu untuk menjelajahi keberagam di berbagai tempat dengan tingkat toleransi yang cukup tinggi, kami berkesempatan pergi ke Sekolah luar biasa yang mana para siswa di
dominasi oleh muslim 80% nya dan pada kondisi pengajar yaitu sebaliknya, “suster.” dan menariknya para anak anak sangat atusias kedatangan kami, sampai minta biodata lagi hiks hisk jadi pengen punya adik cewek deh. Kami
juga berkesempatan ke desa Gyanti yang dikenal dengan desa sadar kerukunan,
pada kawasannya kita akan menemukan gereja dengan jarak kurang lebih 200 meter
dari masjid, ada juga pasar pasar Ting
Njati yang cukup unik. museum, candi dan masih banyak tempat lain yang
cukup panjang untuk saya ceritakan post ini, tapi tenang akan ada post lanjutan per tempat
kujungan hehe. karena terbilang banyak lokasi yang kami kunjungi. intinya konten ckkcck
Perjalanan
lima hari ke wonosobo adalah pengalaman terbaik saya kala ini, berjumpa dengan
ragam orang, dari berbeda latar, budaya membuat saya merasa layaknya butiran
debu. Punya teman baru asli wonosobo yang cukup gemesin dengan tingkah nya
membuat saya tidak bisa melupakan tempat yang cukup dingin ini.
Belum
lagi sesi perjalanan mendaki yang bikin gemetar buat nulis (serius dingin
banget masih kebayang sampai sekarang) untungnya saya cukup kebal sehingga
tidak mimisan layaknya ibu dalam perjalanan saya Risfa. Tapi kadang jadi mikir
saya bisa gak ya keluar negeri yang kadang suhunya sampai minus??. HADEUH. intinya sangat berkesan ketika berhasil sampai ke puncaknya yang kece badai. gak nyangka ternyata berhasil juga melihat sunrise dari puncak Bukit Sikunir.
Well
Lima hari yang berkesan berlanjut kembali ke Wisma untuk lanjut project
visualnya. Kala terakhir Hmm saya gk mau cerita isinya mewek semua cuma mau ngucapain
makasih buat teman-teman atas perjalanan yang berkesannya. Tetap menyampaikan
pesan damai ya… Kapten ingat, kita pernah jelajah bareng terima kasih atas
surat, doa dan harapanya, semoga kita bisa berjumpa lagi di lain kesempatan.
Sayang kalian banyak-banyak. Ceklish target 15
Well pertama rada bingung sama orang asing ini, tapi sekarang jadi rindu sama keluarga yang beda ibu ini, sumber : mamat |
#kaptentoleransi #merawattoleransi #jelajahtoleransi #storikaptentoleransi