Baju Karnaval
Inia lutarfus
August 16, 2020
3
Dalam rangka memperingati Kemerdekaan ke 75 akhirnya saya berinisiatif untuk mempublish cerpen perdana saya dulu kala ikut lomba, kebetulan juga faktornya tentang HUT RI jadi anggaplah hadiah saya untuk bangsa ini, Inia lutarfus )
Langkah kaki berkejaran terdengar di alun-alun perkarangan. Cuaca yang tidak bersahabat, diiringi dengan tapak sepatu yang cukup uzur juga tidak membuatnya lelah dalam berlari. Ia masih semangat, selayaknya terik sang surya kala itu. Bahkan semangat 45 nya kini semakin bergejolak, kala sadar pintu rumahnya mulai terlihat dari kejauhan. Langkah kaki itu semakin meningkat lajunya, dengan garis bibir yang kini mulai melengkung. Ia tersenyum melihat ke arah rumahnya sebelum berhasil membuka pintu.
Kreek … “Assalamualaikum ummi..!” Suara dercit pintu terdengar dalam lelahnya nafas yang bersahutan. Ia melirik ke arah sekeliling sembari membuka sepatunya. Tangan kirinya bergerak lihai melepas tali sepatu dengan piala di tangan kanannya.
“Ummi dimana, Maryam pulang!” ia berteriak kembali dengan melirik sekeliling ruangan mencari ummi, dan berakhir mendengar sahutan dari dapur.
“Waalaikusalam. Maryam ummi sudah pulang rupanya” kata ummi dalam posisi mengaduk sop. Kini Maryam langsung berpindah haluan menuju dapur dan dalam sekejap ia sudah dalam posisi memeluk umminya dari belakang.
“Lah kenapa ini tiba-tiba datang meluk.” ummi yang terkejut langsung melirik sepasang tangan mungil yang memeluknya sembari memegang piala mungil ditangan kanannya.
“Maryam menang lomba tadi di sekolah” ucarnya lincah sembari menunjukan piala.
“Wah pandai sekali rupanya anak ummi, lomba apa ini?” Kata ummi tidak kalah gembira.
“Lomba Baca puisi, dan hadiahnya botol minum katanya sembari menunjukan botol minum bermotif panda yang sedang melambaikan tangannya.
“Dan karena menang lomba ini Maryam mewakili sekolah untuk lomba baca puisi 17 Agustus nanti. Selayaknya hero yang sedang naik daun Maryam mulai menceritakan panjang lebar proses pencapaiannya kali ini. Ia bahkan sudah mengambil posisi lesehan dengan baju seragam yang masih menempel di tubuhnya. Lelah terlihat asing kala itu. Hingga membuat ummi tidak tega menghentikan ceritanya yang mengebu-mengebu. Di akhir cerita Ummi merespon dengan cukup bangga kisah heroik versi anaknya.
“Alhamdullilah Memang anak ummi semuanya hebat-hebat, apalagi yang satu ini masih kecil sudah berprestasi“ Maryam tersenyum puas mendengar tanggapan umminya.
“Ia dong. Kecil cabe rawit kan ummi hehe, Oia Maryam 17 Agustus nanti, Maryam Ikut Karnaval baju adat Aceh ya”. Katanya yang kini telah berdiri. Dan seketika mimik wajah Ummi berubah.
“Hmm gimana kalau baju dokter saja, soalnya kalau baju adat Aceh susah waktu sesi jalannya, pakek high heels, belum lagi panas karena bajunya,” bujuk Ummi.
“Gak mau dokter, Maryam maunya baju adat.“
“Tapi nanti Maryam kepanasan gimana, jalannya kan jauh sampai satu km”
“Tidak masalah ummi Maryam sanggup, Maryam gak mau pakai baju lain selain baju adat pernikahan atau Maryam gak mau ikut kalau bukan baju adat.” Suaranya terlihat kecewa dalam langkahnya yang menghilang dari dapur. ummi hanya menghela nafas, sembari membalikan posisinya lagi. Hingga Bang Amar datang dari bilik kamar mandi dengan air wudhu diwajahnya.“Kenapa tadi ummi, Amar dengar tadi ada suara ribut ?”
“Maryam ingin pakai baju adat waktu karnaval nanti, sedangkan ummi sedang tidak punya uang nak, tadi saja beli beras setengah karung supaya bisa beli ikan untuk kalian makan hari ini, mana bisa mikir sewa baju karnaval. Make up sudah 100 ribu harga, belum lagi baju. Pasti diatas 200 ribu” Amar terdiam, rasa buntu muncul dalam lamunannya.
“Sudah tidak perlu dipikirkan, nanti juga baikan kalau lapar. Kamu shalat terus sana, jangan sampai telat.”
“Eh iya” ucapan mi memecahkan lamunannya. Ia pun meninggalkan dapur secara hening, dalam kebingungannya memandangi ummi yang cukup uzur memikirkan perkara itu.
*****
"Adik abang lagi ini.” Amar tiba-tiba muncul dalam celoteh Maryam dengan kucing orennya. Namun hal itu tidak bisa membujuk raut wajah gadis 10 tahun ini, Ia masih terdiam dengan tangan yang tidak hentinya membelai si “Comeng.”
“Sudah makan? ummi masak enak lho sama ada perkedel kesukaan Maryam,” Ia masih terdiam, hingga membuat Amar kembali bertanya.
“Maryam marah sama abang? padahal abang tadi sudah ambil sepeda Maryam dibengkel, jadi Maryam besok tidak perlu pergi sekolah jalan kaki lagi, masak tidak ada ucapan terimakasih, malah marah dengan abang.”
“Bukan begitu Maryam lagi kesel aja jadi males ngomong, makasih sudah ambil sepeda Maryam di bengkel,” kini ia mulai merespon walau masih dalam nada yang terpaksa.“Kesel kenapa, cerita sama abang, mana tahu bisa abang bantu…?” kini Abang bertanya seakan tidak mengetahui alur masalah yang telah terjadi.
“Maryam ingin pakai baju adat waktu karnaval nanti, tapi ummi tidak izinin malah suruh pakai baju dokter, alasan panas, capek, Maryam kesal karena Maryam ingin banget,” Kini ia mulai berani menumpahkan cerita kepada abangnya.
“Tapi betul kan kata ummi baju adat pernikahan itu bakal “rempong” belum lagi pakai belum lagi panas nanti. Kalau gak mau pakai baju dokter gimana kalau baju pejuang?, karena17 Agustus itu memperingati kemerdekaan negara, jadi cocok karena kemerdekaan kita hasil dari perjuangan mereka para pahlawan. Kata bang Amar mencoba membujuk“Abang inilah, sedikit pun gak dukung Maryam. Maryam ingin banget walau panas atau rempong, Maryam malu tiap karnaval selalu berdiri dibelakang, Maryam ingin berdiri di depan karena selalu diledekin Tantri Tiap karnaval kayak semut hilang tidak nampak. cuma yang pakai baju pengantin yang paling disorot karena berdiri didepan.“Oh itu masalahnya toh, jadi Maryam ingin disorot juga?
“Bukan masalah disorot tapi berdiri didepan, Maryam mau nunjukin kalau Maryam bisa berdiri dalam kawasan barisan terdepan waktu karnaval karena cuma yang pakai baju penganti yang berdiri di depan, pejuang ditengah sama aja kalau begitu Maryam tetap dibelakang dan tidak kelihatan kayak semut nanti.”
“Ya Rabbi jadi cuma masalah di depannya??” Kini Bang Amar tertawa melihat kelakuan adik semata wayang yang sangat polos.”
“Nyesel Maryam cerita sama abang” kembali wajah nya terlihat masam.
“Haha, kalau masalah ingin berdiri didepan itu mudah, Cuma yang abang sayangkan ialah karena niat maryam yang sudah salah, niat Maryam berdiri didepan bukan karena suka tapi karena persaingan sama kawan sekolah saja kan?” Maryam menunduk.
“Abang bukan tidak berpihak sama Maryam, abang cuma tidak ingin adik abang salah niat. Kalau diladenin, besok dia akan semakin benci dan semakin beramibisi ngalahin Maryam, Dan Maryam akan semakin sulit karena meladeninya. Itulah kenapa kita terkadang harus belajar berlapang hati. Karena tidak semua hal harus ditanggapi. Beberapa hal harus dilepaskan untuk menyelematkan banyak hal. Semisal Ambisi yang bukan pada tempatnya.” Maryam masih terlihat membisu. Bang Amar kembali berucap. “Tapi kalau Maryam gak mau juga gak masalah, abang cuma ingatin, cuma kalau mau denger saran abang jangan baju adat. Melihat juga kondisi bakal kepanasan dan kecapean demi menuruti hawa nafsu mengalahkan, eh keinginan maksutnya.”
Maryam memandangi abangnya pasrah “ Yaudah deh gak jadi karnaval pakek baju adat.”
“Nah gitu dong, sekarang Maryam sudah paham. Mau denger lagi saran abang?” Maryam memandangi abangnya dalam tanda tanya.
“Karnaval nanti Maryam pakek Baju pejuang mau?”
“Dokter aja deh kayak Saran Ummi.”
“Inikan Saran dari Abang kalau mau jadi pejuang, Maryam dapat hadia dari abang?”Kini ekspresi wajahnya berbalik 180 drajat dari sebelumnya. “Hadiahnya apa?”“Rahasia dong” sontak itu membuat tanda tanya semakin besar kepada Maryam. Okeh deh kalau gitu jadi pejuang ya.
“Tapi jadi pejuang Cut Nyak Dhien ya..?”
“Kenapa Cut nyak Dhie ?” Jawab Maryam polos.
“Karena 17 Agustus memperingati kemerdekaan, maka sewajarnya jasa para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan dimunculkan. Nah Cut Nyak Dhien merupakan salah satu pejuang wanita dari Aceh yang mendapat penghargaan sebagai pahlawan nasional karena kegigihannya dalam mengusir para penjajah, bayangkan jikalau Cut Nyak Dhien tidak bergerak, setelah para laki-laki banyak yang meninggal dalam perang, mungkin hari ini kita masih dalam penjajahan. Karena tidak ada yang menuruskan perjuangan, Dan Cut nyak Dhien lah yang memimpin barisan terdepan dalam berdiri melawang para penjajah dari kaum wanita.. sedikit bocoran ya, Aceh merupakan satu satu nya daerah yang tidak berhasil dikuasai penjajah sehingga bisa dikatakan, Aceh Modal utama lahirnya Indonesia. Hal ini juga berkat para wanita Aceh yang mengambil posisi penting dalam mengusir penjajah.
“Wah gak nyangka keren banget rupanya Cut Nyak Dhien itu, Kalau gitu Maryam jadi Cut Nyak Dhien aja waktu Karnaval” katanya kembali semangat.
“Sip Tapi sebelumnya temanin abang dulu ya pergi kebun cari bambu sekarang ya, karena pejuang perlu bambu sebagai tombak”
“Oh ok ok Siap, kita berangkat Sekarang kalau gitu” Kini Semangatnya kembali muncul.
“Tapi sebelumnya Maryam Ambil sepeda sana, karena kita perlu sepeda untuk bawa pulang bambu berat gak sanggup taruk dibahu.”Sip”
*****
Hari yang ditunggu pun tiba, kini, jalanan dipenuhi bendera merah putih dengan sekolompok orang dengan keanekaragaman kostum yang beragam, ada yang berkostum, Dokter, suster, hakim, wartawan, polisi, hingga badut. Baju adat pun cukup bervariasi warna menghiasi lapangan bola, Maryam pun datang dengan baju karnaval yang telah disiapkan jauh hari. Rasa deg degan masih memenuhi benaknya terutama ia juga sebagai perwakilan lomba baca Puisi dari Sekolahnya. Tiba-tiba. Tantri dengan baju adat pengatin datang menghampiri Maryam yang sedang mempelajari puisinya.
“Eh bukanya kemarin daftar pakai baju pengantin, kok jadi berubah jadi pejuang, gak jadi berdiri didepan dong bareng aku,” Tantri bertanya dengan setengah mengejek.“Jangan gitu dong beberapa anak yang melihat kelakuan Tantri menegurnya. Sedangkan Maryam Ia masih sibuk mempelajari puisi Tanpa melirik kepada Tantri.
Tantri pun pergi dengan nada tidak bersalah ia kembali mengejek iya” Maaf ya Maryam, jangan sedih, mungkin dikesepatan lain bisa dibarisan terdepan.” Maryam masih terdiam.
*****
Dan Tiba waktu pengaturan barisan, kini semua siswa dikumpulkan untuk membentuk formasi. Tantri yang berpakaian Adat sudah berada diposisi depan tepatnya dibelakang para pemegang spanduk sekolah. Ia berdiri dengan rasa puas karena berhasil mengalahakan Maryam, namun disisi lain mengipas ngipas diri yang kepanasan. Karena cuaca panas hingga Tiba-tiba Maryam dengan Baju karnaval nya sebagai Tokoh pejuang Langsung menuju kearah depan bahkan melewati Tantri yang menggunakan kostum adat pernikahana, ia datang dengan sepedanya yang disulap menjadi rakitan kuda dari bambu, dengan pedang kreasi abangnya ia berdiri paling depan bahkan lebih depan dari para pemegang spanduk sekolah. Hal itu cukup membuat Tantri panas terutama ketika melihat beberapa teman yang mengejek persaingan Tantri yang dimenangi oleh Maryam.
Selesai pawai berjalan Maryam menjumpai abangnya yang menunggu Maryam , Tantri melihat kesal dari kejauhan. Namun Maryam tak mempedulikan Tantri karena ia telah berhasil mengotrol diri dari ambisi dalam persaingan memenangkan ego.
“Bang Maryam senang banget dengar nasehat abang pakai baju karnaval pejuang, karena gak kecapean bisa naik sepeda, Dan bisa berdiri paling depan, hihi gak nyangka banget hadiahnya seperti ini. coba gak dengerin abang pasti sekarang sudah kepanasan sama capek, belum juga mikir lomba baca puisi bentar lagi, bisa pingsan duluan deh.”
“Iya semangat, semoga Lomba nanti menang ya” ia menganguk, perjuangannya masih berlanjut dan kini baju karnavalnya akan sangat membantu untuk mendalami puisisnya yang berjudul "sang pejuang."