Pengalaman mengintip aquaria KLCC, begini penampakannya.
Penampakan turis asing yang berknjung ke sini bersama anaknya. |
Ubur- ubur pink yang terpisah dalam aquarium khusus |
Beragam jenis hewan kerangka |
Penampakan turis asing yang berknjung ke sini bersama anaknya. |
Ubur- ubur pink yang terpisah dalam aquarium khusus |
Beragam jenis hewan kerangka |
Agak memalukan sebenarnya untuk menceritakan betapa planga dan bengongnya saya perdana ke Kuala Lumpur, terlihat sekali udik dan kamseupay kalau kata anak gen z namun cukup memorable bagi saya karena ini perjalanan perdana keluar negeri hihi. Saya sangat percaya perjalanan pertama akan membuka pintu selanjutnya jadi saya harus menulisnya untuk dikenang di kemudian hari betapa norak saya kala perdana keluar negeri dengan miskin informasi.
Sebenarnya ini list saya 6 tahun lalu namun karena satu dua alasan di tambah covid akhirnya tertunda sampai pasport saya harus ganti padahal kondisi masih ting ting belum tercolek sedikitpun. Akhirnya sekarang saya punya 2 pasport layanknya para sepuh traveller yang jam terbangnya sudah mirip orang rajin ke perpus. Adapun Kejutan pertama saya sudah dimulai bahkan sebelum mendarat ke ibu kota negara ini. Saya duduk di posisi tepat di samping jendela untuk mendapatkan spot cantik kebutuhan story di igeh hehe dan siapa sangka ini sudah membuat saya terkejut karena ternyata setingkat ibu kota negara wilayah, kota ini dikerumuni oleh sangat banyak sekali lahan sawit sampai hilang peredaran mata saya pada sawit saking luasnya. Ini benar-benar bikin saya bengong karena bayangan saya layakanya jakarta yang padat gersang dengan tumpukan gedung-gedung atau pemukiman rumah susun yang bertabrakan, ternyata ibu kota negara in masih punya tempat benafas untuk pohon sawit (maksutnya ini ibu kota lho, pasti ruang kota terbatas saking padatnya tapi ini masih bisa gk habis pikir ). Akhirnya hal ini membuat saya menelusuri lebih tentang sawit di malaysia yang ternyata negara ini mempunyai perusahaan penghasil sawit terbesar ke dua di dunia, jadi sejauh pengamatan saya di langit KL itu bukanlah seberapa ternyata karena di kota lain pada negeri jiran ini ada yang lebih luas.
Culture shock kedua saya kali ini berlanjut dalam perjalanan ke hotel, saya mengintip di balik jendela mobil jemputan memerhatikan dengan seksama bagaimana perjalanan disini terlihat ramai akan mobil tapi sepi akan keberadaan sepeda motor (saking sedikitnya saya tidak menemukan satupun grab motor atau sejenis pengedara online layaknya gojek di daerah kita.) Berita lainnya ialah ternyata negara ini tidak tersedia tukang parkir yang menjadi tsunami toko dari setiap usaha di tempat kita. Tiba-tiba saya langsung teringat dengan teman yang berasal dari medan, ia khusus menghubungi saya untuk memastikan di aceh ramai tukang parkir atau tidak saking parahnya kang parkir di medan dia mau beniat ambil formasi cpns disini katanya haha. Hmm jadi kepikiran tukang parkir profesi khas indonesia aja, atau ada negara lain yang ada sebenarnya
Saya mulai menyadari Jikalau KL ini punyak timbangan beragam pada persendian tempat, misal banyak mobil tapi sedikit motor, begitu pun hewan disini banyak gagak tapi sedikit sekali kucing. Selama 4 hari hanya 3 ekor kucing yang saya temui setelah berlalu lalang ke beragam pojok tempat di kuala lumpur. Baik itu dari daerah pusat sampai ke pangkalan tepi susun tetap saja keberadaan kucing terlihat langka dan sebaliknya di daerah sini burung gagak imbarat ayam berlalu lalang mengudara di setiap tempat wisata dan itu sangat berisik di tambah bikin jalan setapak kotor pada beberapa sisi. Burung gagak tidak hanya berada di kawasan pusat tempat wisata layaknya di dekat petronas atau kawasan dekat pasar seni tapi mereka layaknya turis tersebar dimana-mana.
Kejutan masih berlanjut, perjalanan saya menuju ke pasar seni untuk cuci mata membuat saya tahu jikalau loker di sana terpampang langsung di depan toko lengkap dengan gaji dan pretelanya (sebelumnya saya sempat photo tapi kehapus efek terlalu banyak photo). tentunya ini jarang di temukan di negara kita, bahkan sekiranya ada selayaknya di aceh mentok notif loker dan bagian, persoalan gaji dan pretelannya tidak akan tertera langsung atau negoisasi kala wawancara. Yaa kalau kata orang sistem begini merusak aturan main para HRD jadinya susah diterapin di negara kita. Hmm pantesan banyak yang hijrah merantau keluar ya, saya juga jadi tertarik kalau gini mana gaji 3500 ringgit malaysia lagi atau setara 12 juta kurang lebih untuk di toko lho ya bukan bumn. (ya tahu mata uang mereka lebih tinggi sih.)
Pembukaan olimpiade yang berlangsung di paris kali ini nyatanya sudah menyita banyak kecaman, tentu selalu ada banyak pro kontra dalam penyelengaraan olimpiade namun kali ini terlalu awal untuk dilihat, tepatnya di kala opening, sehingga dari awal kesan pertama sudah bikin eneg. alias di banjirin kritikan.
Angela carini menyerah dalan hitungan detik kala melawan imane khelif sambil menangis |
Persoalan pembukaan yang dianggap mencedarai suatu agama ternyata belum cukup, olimpiade kali ini kembali viral dengan topik barunya yang dianggap meloloskan atlet dengan “kondisi berbeda” yaitu seorang atlet Perempuan dengan kondisi yang mempunyai kromoson unik laki-laki sederhananya bisa disebut sebagai kasus langka yang dianggap tidak seimbang. Ya mungkin dianggap sejenis tunggal putri lawan "ganda putri putra" vibesnya
Lia Thomas Sang ganda putra putri
Berkarir sebagai atlit perenang laki-laki membuat posisinya selalu berada di urutan terakhir, siapa sangka ketika berubah menjadi trans ia langsung menjadi urutan pertama. LIA THOMAS dikenal sebagai perenang transgen pertama yang bisa bersaing dengan perempuan tulen dan memenangkan kompetisi setelah berulang kali kalah dalam pertandingan tulen laki-lakinya, Tentu perdebatan ini cukup membuat isu trans semakin panas, privilege yang mereka dapat terlalu besar bahkan dengan kondisi fisik murni masih laki-laki ia bisa berganti pakaian di ruang yang sama dengan Perempuan. Hanya dengan dalih saya merasa dalam diri saya sebenarnya adalah “wanita”
sumber instagram @wokeworldwar |
Kasus ini cukup ramai menyita perhatian publik kala itu. tentunya ini menjadi pemaksaan dalam kompetisi untuk menerima kekacauan yang mereka buat sendiri. Maksutnya kenapa tidak bersaing sesama trans saja atau yang mempunyai testereon yang seimbang, buat aturan layaknya timbangan untuk cabang olahraga tertentu layaknya judo dan sejenisnya. Kenapa harus memaksakan? Kasarnya demi menyenangkan satu kelompok dan dianggap open minded maka korbankan satu bangsa dan kepercayaan publik.
sumber instagram @manganang92 |
Saya kembali menaiki mobil sembari mengamati padang rumput yang tak terbentuk. Penampakan rusak ternyata cukup meriah banyak setelah beberapa meter mobil berjalan, kami menemukan segerombolan rusak rebahan layakyna sapi gunung yang sedang tidur, tanduk dengan motif khasnya terlihat jelas, mereka melihat sekilas sembari tiduran dibawah pohon yang rindang, perjalanan kami berlanjut dengan menemukan sejenis unggas yang saya lupa nama hewannya apa, binatang ini terlihat layaknya ayam saking berserakannya di perjalanan, ada beragam jenis hewan yang tiba-tiba membuat saya lupa.. namun perjalanan kami berhenti ketika saya menyadari sudah sampai di titik utama lagi setelah berputar mengintari tempat ini sebelumnya. Ada beberapa tempat makan yang terlihat tutup seakan bangkrut tanpa ada pengunjung kami turun sembari membasahi wajah karena panas yang berkepanjangan, perjalanan kami berlanjut namun kini menampaki dengan berjalan kaki, kami mengintari sekitaran tempat makan yang posisinya berada di Kawasan hewan dalam sangkar, layaknya burung kakak tua, elang, merak, dan beragam hewan layaknya harimau, kucing hutan, buaya, beruang, monyet, kambing gunung, sampai kasuari tersedia. Posisi siang membuat Binatang ini jadi makhluk mageran sampai petugas menyiram kandang singa agar ia keluar dari kadangnya. Agak kasian tapi lebih kasian kalau sudah kesini jangankan lihat dia gerak dia tidur aja gk tahu dimana hihiks.
Berburu kuliner memang telah menjadi bagian hobi saya tapi sejujurnya untuk membuat review secara langsung di blog ini adalah pertama kalinya. entah bagaimana rindunya akan rasa masakan ini membuat saya wajib mengenangnya disini dan berharap semoga bisa mampir mencicipinya lagi suatu hari nanti.
Ketika pertama kalinya saya menapaki diri di tanah Gayo, banyak pengalaman berkesan yang saya temui. Daerah ini ternyata bukan hanya menyimpan begitu banyak tempat indah selayaknya alamnya yang begitu cantik, tapi juga makanannya yang tidak kalah menarik sehingga saya rasa wajib memulai ulasan kali ini yang dimula kala mengikuti kegiatan EEJ (Ecofemisim & enviromental journalism ) yang diselenggarakan oleh @perempuanleuser. Kegiatan ini mengantarkan saya ke salah satu tempat makan di kawasan Kedah, Gayo lues. Tempat ini masuk rundown acara makan siang kami yang ternyata baru bisa di datangi ketika sudah ashar, efek padat kegiatan jadinya jam makan bergeser. Saya tidak punya gambaran sedikitpun ketika mencari tahu tentang tempat ini tidak ada review di blog dan tidak ada akun Instagram yang mendukung sehingga ekspektasi saya tentang tempat ini sangat buram. Siapa sangka ketika saya sampai di sana ini betul-betul menjadi kejutan.
Pandangan pertama saya ketika melihat tempat makan ini ialah seperti balai pengajian Dayah entah kenapa bayangan saya ini betul-betul jauh sekali diluar ekspektasi kali ini, karena sebelumnya kami makan di sejenis tempat yang cukup ramai di pusat kota dan ala-ala tempat modern yang estetik juga untuk photo tapi ini berbalik dari sebelumnya, tempatnya berada di bukit yang letaknya sangat berjarak dengan pemukiman tidak ada satupun pengunjung lain di sini. Dihimpit oleh pemandangan alam dan bukit yg meramaikan kediaman yg sangat hening, saya langsung berpikir kenapa lari kesini, karena umumnya ketika masuk bagian dari rundown sebuah acara layaknya tempat wisata atau tempat makan, biasanya ini juga masuk salah satu pertimbangan dalam bentuk promosi daerah tersebut. Sehingga saya berpikir akan dibawa ke tempat yang saya cukup ramai, saya gk berharap restoran mewah tapi sangat iconic dalam artian ramai banget orangnya, selayaknya kalau di Aceh besar di kawasan blang bintang tempatnya biasa saja tapi mobil dan motor kesulitan cari parkir saking iconicnya, tapi ini malah kami doang jadi agak heran mulanya. Bayangan saya pertama ialah ini tempat hidup segan mati juga enggan. Cuma karena lapar lamunan itu langsung hilang dalam sekejap.
Ketika masuk kedalam saya disambut oleh banyaknya gambar berjejer memenuhi dinding ruangan yang cukup bervariasi, saya mulai memperhatikan setiap pojok dengan seksama yang ternyata setiap photo menunjukan indikasi orang penting, barulah saya mulai ngeh jikalau banyak juga orang penting yang sudah mencicipi hidangan disini. Hal ini membuat saya semakin penasaran terutama ada tokoh nasional layaknya mantan menteri agama juga sudah sampai ke sini.
Makanan terhidang dengan jamuan yang cukup beragam jenis, ada nasi yang dibungkus daun pisang, sop bebek, telur ayam tapi versi di dadar dalam daun pisang, kemudian ayam kampung dan terasi sebagai teman celupnya selain kerupuk khas disana. Saya terlalu pikun untuk mengingat nama hidangan dan satu-satunya ingatan saya hanya Kero Tum - Kurik jeret karena sempat saya abadikan dalam bentuk photo yang di pampang di dinding. Semua makanan membuat kami yang mula berisik karena kelaparan menjadi senyap hening dalam jamuan, rasanya juga benar-benar diluar ekspektasinya terkhusus bagian sop bebeknya, rasanya sangat nikmat dan pas, warna sop yang sangat cantik di barengi rasa pedas kuah dan lembutnya daging bebek memeriahkan lidah. Sejujurnya saya kurang suka dengan bebek tapi setelah ke tempat ini saya berburu resep sop bebek yang mendekati persamaan rasa dengan yang disini dan hasilnya nihil hehe saya kapok berburu resep berharap bisa kesini lagi untuk mencicipinya walau terbilang sedikit persentase untuk bisa kesini lagi.
Teman-teman saya juga semua memuji dan menyukai sop bebeknya( kecuali satu orang dia benar-benar tidak menyentuh satu sendok pun seakan punya alergi bebek), sedangkan teman-teman lain setengah kepedasan memuji berulang kali rasa makanan ini sampai tidak sadar ada yang nambah bagian teman yang tidak menyentuh bebeknya. Telur yang di dadar di dalam daun juga sangat pas dinikmati dengan sambal terasi, pedas-pedas gurih. Ini membuat kami melupakan bagian ayam karena sudah jadi pecinta bebek dalam sekejap. Makanannya tidak banyak menu, tapi benar-benar membuat kami terkesan sehingga bisa di sebut tempat kayu tapi perihal rasanya boleh di adu.
Setelah kekenyangan kami terdiam sejenak sebelum sesi selanjutnya dimulai, ternyata pemilik tempat mengajak photo, disinilah saya sadar sepertinya photo kita juga bakal di print dan di pampang haha. Kami berkumpul untuk mengenang menjadi bagian dari orang yang pernah mencicipi tempat ini. Beberapa wajah yang sudah kembali ke setelan pabrik memperbaiki tampilannya yang mulai kusut, ada yang kembali memakai lipstik ada juga yang memperbaiki tampilan jilbabnya yang mulai gedubrak berantakan. Akhirnya sesi makan siang pun telah berakhir dengan segala judge by the cover yang saya lakukan dari pertama kali melihat tempatnya. hihiks maafkan hamba ya Allah.
Dalam perjalanan pulang saya kembali teringat untuk mencari tempat ini di google maps dan tara akhirnya saya menemukan info tempat ini, kebiasaan mengisi ulasan di tempat kunjungan baru akhirnya membuat saya menemukan informasi lebih tentang tempat yang ternyata tidak punya ranting jelek!. Walau tempatnya yang cukup sederhana dan tidak ramai nyatanya sang pemilik usaha ini berhasil menjual rasa dari kulinernya yang begitu nikmat sehingga orang-orang betul fokus ke makanannya. Tempat ini juga ternyata hanya di buka jikalau ada yang memesan terlebih dahulu jadi alasan kenapa saya tidak melihat pengunjung lain satupun disini akhirnya terjawab juga, mereka juga tidak punya cabang dan hanya ada di gayo. Sayangnya untuk harga tidak tertera karena kami makan dalam keadaan yang sudah di pesan jadinya tidak ada detail informasi lagi yang bisa temukan. #food #foodblogger #kuliner #mukbang #makanan #rekomendasitempatmakanan
Le Grand Voyage (A great journey ) |
Lokasi gundukan yang sempat dirumorkan kuburan naga. |
Lokasi wudhu dulu disini kala saya Mtsn ini jadi tempat cuci kaki. |
Menjadi kawasan cagar budaya membuat tempat ini cukup menarik karena selain sebagai tempat wisata religi juga menjadi sarana edukasi sejarah hingga budaya karena dari sini sisa peninggalan pra islam yang telah mengalami akulturasi perombakan menjadi masjid. ini bisa dilihat dari bentuk atapnya yang masih mempertahankan sistem lalu atau tradisional tempo dulu yaitu atap bertingkat. Kata indra saja sudah sangat identik dengan agama hindu dan budha sehingga kawasan ini banyak juga ditemukan makam kuno peninggalan agama hindu atau budha. pastinya proses pemindahan ini tidak mengalami konflik karena kondisi kedatangan islam dalam keadaan damai. yaitu melalui perdagangani hingga perkawinan.
#wisatareligi #wisatasejarah #jalurrempah #cagarbudaya
i'm just an ordinary person who loves browsing, writing and sharing, contact me for more inialutarfus@gmail.com